Rabu, 29 April 2009

Postingan Pak Alnedral BAB III

BAB III
MATERI PELATIHAN DAN METODE PRAKTIS TARUNG DERAJAT

A. Garis Besar Pembelajaran Beladiri Tarung Derajat

Beladiri tarung derajat semenjak jadi tuntutan sebagai sebuah proses pembelajaran dalam tuntutan pelatihan pada lapisan masyarakat, maka Perguruan Pusat atau operasional pada Satuan Latihan (Satlat) harus memiliki garis besar pembelajaran sebagai basis inti tuntutan kurikulum. Sebagai kurikulum inti tarung derajat telah disusun sistematika materi pelatihan secara berjenjang/tingkatan (kurata) mulai dari kurata I sampai kurata VII dan tingkat pengabdian tarung derajat “Zat” (Dradjat, 2003).
Garis besar pembelajaran disusun adalah sebagai berikut:


Kurata Materi yang dilatihkan Sabuk/beat
I 1. Sikap dasar,
2. Gerakan dasar tangan (siaga ditempat),
3. Gerakan dasar tangan (Siaga silang),
4. Gerakan dasar kaki/tendangan,
5. Jurus wajib; Gerak Langkah Dasar (GLD). Putih
II 1. Gerakan tangan,
2. Gerakan kaki,
3. Teknik bertahan menyerang,
4. Jurus wajib; Drajat Satu
5. Kekuatan/ daya tahan. Hijau strip satu orange
III 1. Pengulangan Gerakan kurata I dan II,
2. Gerakan tangan dan kaki,
3. Jurus wajib; Jurus dasar (judas)
4. Teknik bertahan menyerang dari kaki,
5. Teknik tarung
6. Keterampilan / ketahanan fisik. Hijau strip dua
orange
IV 1. Jurus wajib; drajat dua
2. Teknik daya gempur
3. Teknik bertahan menyerang lanjutan/ serangan dari 3 orang (tiga arah),
4. Teknik menghadapi senjata gengam,
5. Rangkaian gerak bertahan menyerang. Biru strip satu
orange
V 1. Jurus wajib; drajat Tiga
2. Rangkaian gerak bertahan menyerang lanjutan/ serangan dari 3 orang lebih,
3. Filosofi dan rahasia Tarung Derajat,
4. Pendalaman teknik-teknik gerakan,
5. Kepraktisan bertahan menyerang. Biru strip dua
orange
VI 1. Jurus wajib; Jurus GHADA satu.
2. Rangkaian gerak daya gempur.
3. Keterampilan diri. Merah strip satu
hitam
VII 1. Jurus wajib; Jurus GHADA dua.
2. Rangkaian gerak daya gempur lanjutan.
3. Keterampilan teknik perorangan. Merah strip dua
hitam
Zat 1. Tingkat lanjutan kurata,
2. Pengabdian diri secara filosofis “wujud” hakekat tarung derajat sesungguhnya dan Ilmu yang berarti “kosong dan isi”. Hitam

B. Kegiatan Pemanasan (Warming-up) Tarung Derajat

Pemanasan (warming-up) adalah kegiatan awal untuk mempersiapkan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, otot, tulang dan syaraf sebagai aktifitas olahraga. Tujuannya yaitu untuk menaikkan tempratur suhu tubuh sebelum materi inti, mengatasi terjadinya cedera, dan untuk meningkatkan prestasi.
Secara umum pemanasan dikenal dua macam, pertama disebut pemanasan peregangan (stretching) dan menekan (tighten) yang bersifat statis/isometric waktunya antara 10-30 detik atau 4 sampai 10 hitungan. Kedua pemanasan dalam bentuk gerakan ringan yang bersifat dinamis/isotonic. Secara sistematis kedua macam bentuk pemanasan tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Pemanasan Peregangan (stretching)
1. Peregangan Bagian kepala
• Tundukkan kepala, kedua tangan menekan.
• Angkat kepala, satu tangan mengangkat kepala ke atas.
• Tengokan kepala ke arah kiri, tangan kanan menekan dagu ke arah kiri.
• Tengokan kepala ke arah kanan, tangan kiri menekan dagu ke arah kanan.
• Jatuhkan kepala ke kiri, tangan kiri menekan kepala ke arah kiri.
• Jatuhkan kepala ke kanan, tangan kanan menekan kepala ke arah kanan.

2. Peregangan Bagian Tangan
• Lipat kedua telapak tangan bersamaan ke arah depan.
• Lipat kedua telapak tangan bersamaan ke arah atas, kaki dijinjitkan.
• Lipat kedua telapak tangan bersamaan ke samping kiri, kaki kanan dijinjitkan.
• Lipat kedua telapak tangan bersamaan ke samping kanan, kaki kiri dijinjitkan.

3. Peregangan Bagian Kaki
• Kaki buka lebar, tangan dibelakang kepala, jatuhkan badan ke bawah (tegak).
• Kaki buka lebar, tangan dibelakang kepala, patahkan badan kekiri dan ke kanan.
• Kaki kiri ke depan, kaki kanan dibelakang tekan badan ke depan (lemaskan pinggul).
• Ganti kaki kanan di depan, lanjutkan gerakan sama.

Pemanasan Cara Dinamis
1. Gerakan Kaki dilakukan di tempat.
• Lari-lari biasa.
• Lari-lari angkat lutut.
• Lari-lari tumid menyentuh paha bagian belakang.
• Loncat-loncat buka kaki ke depan belakang.
• Loncat-loncat buka kaki ke samping, tangan ditepukan.

2. Gerakan Kepala
• Anggukan ke bawah dua kali, ke atas dua kali.
• Tengokan ke kiri dua kali, ke kanan dua kali.
• Jatuhkan ke kiri dua kali, ke kanan dua kali.

3. Gerakan Bahu
• Sikutkan kedua tangan ke belakang dua kali kemudian rentangkan/luruskan dua kali.
• Tangan kanan di atas dan kiri di bawah ayunkan ke belakang dua kali bergantian.
• Tangan bentuk huruf S (tangan kanan di atas) gerakkan ke samping dua kali bergantian.
• Kedua tangan lurus ke depan lalu ayunkan ke depan kemudian ke belakang.
• Kedua tangan direntangkan ke samping, putar arah depan dengan gerakan lambat.
• Kedua tangan direntangkan ke samping, putar arah belakang dengan gerakan lambat.

4. Gerakan Selangkangan
• Kaki dibuka ke samping posisi telapak sejajar dengan badan tegak, tekan-tekan ke bawah hitungan keempat tahan (posisi tangan direntangkan dibelakang tumit, pandangan lihat ke depan).
• Posisi siaga dasar, taruk kaki kanan ke belakang (kaki kiri didepan lutut ditekuk, kaki kanan dibelakang lutut diluruskan, kedua telapak kaki diluruskan ke depan, posisi tangan kanan memegang pinggul lalu lemaskan/tekan pinggul kearah depan. Hitungan keempat tahan, lakukan kaki didepan bergantian.
• Kedua tangan dibelakang kepala, kaki dibuka ke samping kedua telapak kaki sejajar, tekan jatuhkan badan kesamping kiri dan kanan bergantian dua kali (posisi telapak kaki kena tanah).
• Kedua tangan dibelakang kepala, kaki dibuka ke samping, tekan badan kesamping kiri dan kanan bergantian dua kali (posisi kaki hanya tumit kanan ke lantai, jari kaki ke atas).
• Gerakan kombinasi, posisi kembali ke siaga dasar.
• Hitungan satu kenakan kedua telapak tangan ke lantai (lutut harus lurus), hitungan dua lakukan jongkok, posisi tangan rentangkan kedepan. Hitungan tiga angkat badan lutut kembali diluruskan kedua telapak tangan kembali menyentuh lantai, hitungan empat lemaskan badan ke belakang pandangan ke arah belakang, posisi kedua tangan memegang pinggang.

5. Gerakan Posisi Duduk
• Kedua kaki diluruskan ke depan dan dirapatkan jari kaki dilentikkan dan menghadap ke atas (hanya tumit yang kena lantai), tangan diluruskan dan badan dibungkukkan, sambil cium lutut (hitungan keempat tahan).
• Lipat kaki kiri simpan diatas paha kanan, kaki kiri masih diluruskan, kemudian cium lutut, hitungan keempat tahan, lakukan bergantian (ganti kaki).
• Kaki kiri dilipat di depan selangkangan kaki kanan diluruskan, kemudian telapak kaki sejajar kedepan jari kaki dilentikkan, tangan dibelakang kepala, gerakan badan kesamping kanan (minimal kenakan sikut ke kaki) hitungan keempat tahan, lakukan bergantian (ganti kaki).
• Kedua kaki dibuka selebar mungkin jari kaki dilentikan dan menghadap ke atas (hanya tumit yang kena lantai), tangan direntangkan, badan dibungkukan ke depan, dada dikenakan kelantai, hitungan empat tahan.Kedua kaki dibuka selebar mungkin jari kaki dilentikan dan menghadap ke atas (hanya tumit yang kena lantai), tangan direntangkan, badan dibungkukan ke depan, dada dikenakan kelantai, hitungan empat tahan.

6. Gerakan Posisi Jongkok
• Tangan dibuka selebar bahu simpan dilantai, kaki kanan diluruskan kebelakang kaki kiri ditekuk, lakukan gerakan seperti berlari (tarik bergantian), posisi badan tegak ke atas/dibusungkan pandangan ke depan.
• Tangan dibuka selebar bahu simpan dilantai, kedua kaki ditekuk kemudian diluruskan kebelakang, tarik kembali ke posisi semula, lalu kembali kesamping depan dan belakang, posisi badan tegak ke atas/dibusungkan pandangan ke depan.
• Tangan dibuka selebar bahu simpan dilantai, kedua kaki ditekuk ke depan, hitungan satu luruskan kedua kaki dibawa kebelakang, hitungan berikutnya tarik kembali kedepan, hitungan tiga diluruskan kembali kaki dengan kedua kaki dibuka selebar mungkin ke samping.

7. Gerakan Ayunan Kaki (posisi berdiri siaga dasar)

• Ayun kaki kanan ke depan setinggi mungkin usahakan sampai kena ke badan kita kita (posisi kaki yang diayunkan lututnya benar-benar lurus). Lakukan bergantian (ganti kaki).
• Ayun kaki kanan ke depan setinggi mungkin (posisi kaki yang diayunkan lututnya benar-benar lurus). Lakukan bergantian (ganti kaki).
• Ayun kaki kanan ke depan setinggi mungkin (posisi kaki yang diayunkan lututnya benar-benar lurus). Lakukan bergantian (ganti kaki).
• Split depan, lakukan dalam keadaan jongkok lalu kaki kanan pelan-pelan luruskan kebelakang, diharapkan kedua kaki bisa diluruskan semaksimal mungkin. Posisi badan tegak dan kedua tangan berada diantara kaki kita (memegang lantai). Tekan pelan-pelan hitungan keempat tahan dan cium lutut. Lakukan bergantian (ganti kaki).
• Split samping, lakukan dalam keadaan jongkok lalu buka kedua kaki pelan-pelan kesamping, diharapkan kedua kaki bisa diluruskan semaksimal mungkin. Posisi badan tegak tangan dipinggang.

8. Pembentukan dan Kekuatan Tubuh

• Posisi Push-up.
Posisi dalam keadaan siap untuk pus-up, bukaan tangan selebar bahu lurus jari dikepalkan, badan serta kaki lurus dan pandangan ke depan, lalu tahan. Lakukan 4 kali 8-10 hitungan.

• Push-up (lakukan 15-20 hitungan).
Dilakukan jari dikepalkan, cara pelan-pelan. Pada saat ke bawah badan dan kaki tetap sejajar dan tidak menyentuh lantai, pada saat di atas tangan/sikut benar-benar diluruskan dan posisi badan kaki masih tetap sejajar dan pandangan lurus kedepan.

• Sit-up (lakukan 15-20 hitungan).
Posisi sit-up, bukaan kaki selebar bahu, lutut ditekuk telapak kaki lurus tahan dilantai tangan berada dibelakang kepala lalu angkat badan. Pada saat mengangkat badan posisi tangan diusahakan tetap berada dibelakang kepala.

• Bentuk Perahu.
Posisi badan tidur terlentang, ada aba-aba angkat kaki dan badan bersamaan dan tahan. Pada saat diangkat kedua kaki diluruskan posisi kepala sejajar dengan ujung kaki, tangan simpan dibelakang kepala. Lakukan 4 kali 5-8 hitungan.

• Back-up (lakukan 10-15 hitungan).
Posisi badan tidur tengkurap, tangan dibawah dagu, lalu angkat badan. Pada saat mengangkat badan posisi kaki tahan dan tetap menempel dilantai.


C. Materi Inti Pelatihan

Materi inti pelatihan yang diuraikan pada buku ini baru terbatas pada materi teknik dasar khusus untuk kurata I, II, dan III. Untuk meteri inti latihan lanjutan akan dibahas pada edisi buku berikutnya. Uraian materi inti yang dimaksud adalah sebagai beirikut.

1. Materi Kurata I (Satu).

1.1. Sikap Dasar
Sikap dasar terdiri dari cara- cara: (1) kerapihan sikap, (2) penghormatan, (3) duduk, (4) berdiri, (5) siaga dasar, dan (6) Siaga ditempat.
1.2. Gerakan Dasar Tangan (Siaga ditempat)
Gerakan dasar tangan yang dilakukan dengan siaga ditempat adalah: (1) Pukulan lurus 1-3x, (2) Sikut atas/ samping/ bawah, (3) Pukulan sentak atas/bawah, (4) Pukulan cepat, (5) kibas atas, (6) kibas luar, (7) kibas dalam, dan (8) kibas bawah.

1.3. Gerakan Dasar Tangan (Siaga silang)
Gerakan dasar tangan yang dilakukan dengan siaga silang adalah: (1) Pukulan lurus, (2) Pukulan sentak atas, (3) Pukulan sentak bawah, (4) Pukulan cepat, (5) kibas atas, (6) kibas luar, (7) kibas dalam, dan (8) kibas bawah.

1.4. Gerakan Dasar Kaki (Tendangan)
Gerakan dasar tangan yang dilakukan dengan siaga ditempat adalah: Tendangan lurus cepat, dan tendangan lurus cepat dalam melangkah.

1.5. Jurus wajib Gerak Langkah Dasar
Jurus wajib yang merupakan seni rangkaian gerak dasar untuk kurata satu adalah: (1) diawali dengan kerapihan sikap, (2) penghormatan, (3) aba-aba Gerak langkah Dasar; No. 1. Kibas luar, No. 2. Pukulan cepat, No. 3. Tendangan lurus, pukulan cepat, No. 4. Putar kibas luar, No. 5. Pukulan cepat, No. 6. Tendangan lurus, No. 7. Putar kibas luar, No. 8. Siaga dasar, No. 9. Mundur kibas luar, No. 10. Pukulan lurus, No. 11. sentak bawah, No. 12. kibas dalam, No. 13. maju pukulan lurus 3x, No. 14. sikut bawah, tendangan lurus, sentak bawah, No. 15. kibas dalam, No. 16. Siaga dasar, No. 17. tengok kanan, No. 18. kibas bawah, No. 19. sentak atas, No. 20. tendangan lurus sentak atas, No. 21. putar kibas bawah, No. 22. sentak atas, No. 23. tendangan lurus sentak atas, No. 24. putar kibas bawah, No. 25. tengok kiri, No. 26. siaga dasar, No. 27. tengok kiri, No. 28. kibas atas, No. 29. sikut atas, No. 30. Tendangan lurus, sikut samping, No. 31. Putar kibas atas, No. 32. Sikut atas, No. 33. tendangan lurus, sikut samping, No. 34. putar, kibas atas, No. 35. tengok kanan, No. 36. siaga dasar,


2. Meteri Dasar Kurata II (Dua)

2.1. Gerakan tangan
Gerakan dasar tangan dilanjutkan pada: (1) pukulan cepat beruntun, (2) pukulan sikut depan, (3) pukulan sikut samping, dan (4) teknik dua gerak, yaitu; No. 1. kibas atas pukulan cepat, No. 2. kibas luar pukulan cepat, No. 3. kibas dalam pukulan cepat, No. 4. kibas bawah pukulan cepat, dan No. 5. pukulan sentak bawah pukulan cepat.

2.2. Gerakan kaki (Siaga silang)
Gerakan dasar kaki dilanjutkan pada: (1) tendangan lingkar dalam, (2) tendangan menyamping, dan (3) tendangan belakang,
2.3. Teknik bertahan menyerang
(1). Teknik tangan;
No. 1. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, pukulan punggung tangan kanan ke arah muka.
No. 2. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, pukulan punggung tangan kiri ke arah muka.
No. 3. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, sikutkan tangan kanan ke arah muka.
No. 4. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, sikutkan tangan kiri ke arah muka..
No. 5. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, hadap kiri pukulan cepat beruntun (tangan kanan lalu kiri) arah ulu hati.
No. 6. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, hadap kanan pukulan cepat beruntun (tangan kiri lalu kanan) arah ulu hati.
No. 7. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, kaki kiri geser (badan memutar ke arah kiri) sikutkan tangan kiri ke arah kepala bagian belakang.
No. 8. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, kaki kanan geser (badan memutar ke arah kanan) sikutkan tangan kanan ke arah kepala bagian belakang.

(2). Teknik kaki;
No. 1. Bertahan dengan tendangan lurus.
No. 2. Bertahan dengan tendangan menyamping.
No. 3. Bertahan dengan tendangan belakang.


2.4. Teknik melepas sergapan/pegangan (materi beladiri praktis)
(1) Pegangan tangan sejajar dan silang,
(2) Pegangan kerah baju satu tangan dan dua tangan,
(3) Pegangan tangan sejajar dan silang,
(4) Pitingan samping dan belakang,
(5) Tepukan belakang,
(6) Bergandengan,
(7) Bersalaman.


2.5. Jurus Drajat Satu
Jurus wajib yang merupakan seni rangkaian gerak lanjutan dasar untuk kurata dua adalah: (1) diawali dengan kerapihan sikap, (2) penghormatan, (3) aba-aba mulai “drajat satu”;
No. 1. Siaga ditempat (kaki kanan),
No. 2. Siaga ditempat (kaki kiri),
No. 3. Hadap kiri,
No. 4. Tarik tangan kiri simpan disamping dada, geser/tarik kaki kanan hingga rapat, arahkan badan kearah kiri, buka/geser kaki kanan hingga ke posisi siaga silang dengan kaki kiri ke depan (hadap kiri). Kibas luar tangan kanan.
No. 5. Maju pukulan lurus satu kali tangan kanan.
No. 6. Tarik tangan kiri simpan disamping dada, tarik kaki kanan hingga rapat, balikkan badan kearah belakang, buka kaki kanan hingga ke posisi siaga silang (kaki kanan didepan), Kibas luar tangan kiri.
No. 7. Maju pukulan lurus satu kali tangan kanan.
No. 8. Hadap kiri.
No. 9. Tarik tangan kanan simpan disamping dada, tarik kaki kiri hingga rapat, balikkan badan kearah kiri, buka/geser kaki kiri ke depan hingga ke posisi siaga silang (kaki kiri didepan), Kibas luar tangan kanan.
No. 10. Maju pukulan lurus dua kali.
No. 11. Silangkan kedua tangan di depan perut (tangan kiri diatas tangan kanan), dorong hingga ke posisi didepan muka, kibaskan/kibas bawah (tangan kiri).
No. 12. Maju pukulan sentak atas tangan kanan.
No. 13. Silangkan kedua tangan di depan perut (tangan kanan di atas tangan kiri), dorong hingga keposisi di depan muka, kibaskan/kibas bawah (tangan kanan).
No. 14. Maju pukulan sentak atas tangan kiri.
No. 15. Maju kibas atas tangan kanan.
No. 16. Maju pukulan cepat beruntun dua kali (tangan kanan lalu kiri).
No. 17. Tengok kanan.
No. 18. Tarik kaki kanan hingga rapat, balikkan badan kearah kanan (hadap kanan) buka kaki kanan ke depan posisi siaga silang (kaki kanan di depan) kibas atas tangan kiri.
No. 19. Maju pukulan cepat beruntun dua kali (tangan kiri lalu kanan).
No. 20. Tarik kaki kiri hingga rapat, balikkan badan kearah belakang (putar) buka kaki kiri ke depan posisi siaga silang (kaki kiri di depan) kibas atas tangan kiri.
No. 21. Maju pukulan cepat beruntun dua kali (tangan kanan lalu kiri).
No. 22. Tarik/geser kaki kanan ke arah belakang (270%) hingga posisi hadap kanan (kaki kanan di depan), posisi tangan siaga untuk kibas dalam.
No. 23. Hadap kiri kibas dalam tangan kanan.
No. 24. Mundur pukulan sentak bawah tangan kiri.
No. 25. Mundur kibas dalam tangan kanan.
No. 26. Maju (hingga posisi kaki kanan sejajar dengan kaki kiri/posisi siaga ditempat) pukulan sentak bawah tangan kiri dan kanan (pada saat memukul kedua kaki tidak digeser/tetap sejajar ke depan).
No. 27. Pernapasan.
• Tarik kedua tangan kesamping dada dengan tangan dikepal, dada dibusungkan (bersamaan dengan tarik napas dalam-dalam melalui hidung).
• Dorong/luruskan kedua tangan kedepan dengan tangan terbuka posisi serong (bersamaan dengan itu buang napas pelan-pelan melalui mulut).
• Tarik kembali tangan kesamping dada dengan tangan dikepal dan kaki tarik/geser kaki kanan hingga rapat, dada dibusungkan (bersamaan dengan itu tarik napas dalam-dalam melalui hidung).
• Dorong/luruskan kedua tangan kearah bawah (samping badan) dengan tangan terbuka (bersamaan dengan itu buang napas pelan-pelan melalui mulut).
• Silangkan tangan ke depan dada (kembali siaga dasar).

2.6. Kekuatan dan Daya Tahan
Keserasian dan keseimabangan teknik gerakan dapat dicerminkan dari lima unsure daya gerak tarung derajat yang menjadi khas, yaitu: Kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Dari lima unsur inilah dapat dikembangkan kemampuan seorang petarung menjadi kuat dan ulet.

3. Materi Dasar Kurata III (Tiga)

3.1. Pengulangan gerakan
Setelah mendapatkan materi kurata I dan II, maka pada tingkatan kurata III yang perlu diulangi adalah: (1) Gerakan tingkat kurata I jurus “gerak langkah dasar”, dan (2) Gerakan tingkat kurata II jurus “Drajat satu”,

3.2. Gerakan Tangan dan kaki
Pukulan
(1) Pukulan lingkar dalam,
(2) Pukulan lingkar luar,
(3) Pukulan lingkar atas,
(4) Pukulan lingkar bawah,
Tendangan
(1) Tendangan lingkar belakang,
(2) Tendangan kait depan,
(3) Tendangan kait belakang,

3.3. Jurus Dasar (JUDAS)
Jurus wajib yang merupakan seni rangkaian gerak lanjutan dasar untuk kurata tiga adalah: (1) diawali dengan kerapihan sikap, (2) penghormatan, (3) aba-aba mulai “Siaga judas”, dan (4) Posisi , Siaga ditempat posisi serangan/tendangan (serong kanan);
No. 1. Drop tangan depan muka tangan kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 2. Drop tangan depan muka tangan kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 3. Drop kaki kiri, maju tendangan lurus kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 4. Drop kaki kanan, maju tendangan lurus kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 5. Hadap kiri sambil drop kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 6. Drop kaki kanan sambil putar, tendangan menyamping kaki kiri, pukulan lingkar luar tangan kiri, pukulan cepat kanan.
No. 7. Hadap kanan drop kaki kanan, tendangan lingkar dalam kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 8. Drop kaki kiri sambil putar, tendangan lingkar dalam kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 9. Hadap kiri drop kaki kiri, tendangan kait depan kaki kanan, pukulan lingkar luar tangan kanan, pukulan cepat tangan kiri.
No. 10. Drop kaki kanan sambil putar, tendangan kait depan kaki kiri, pukulan lingkar luar tangan kiri, pukulan cepat tangan kiri.
No. 11. Drop kaki kanan ¾ putaran, tendangan belakang kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 12. Drop kaki kiri ½ putaran, tendangan belakang kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 13. Drop kaki kanan, tendangan lingkar dalam kearah kanan dan tendangan menyamping ke arah kiri oleh kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 14. Drop kaki kiri, tendangan lingkar dalam kearah kiri dan tendangan menyamping ke arah kanan oleh kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 15. Putar, tarik kaki kiri, buka kaki kanan, kembali siaga dasar.

3.4. Bertahan menyerang
Dari serangan kaki:
No. 1. Kibas tangan kanan (teknik dua gerak), pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 2. Kibas tangan kiri (teknik dua gerak), pukulan cepat beruntun dua kali.
No. 3. Drop kaki kiri, tendangan lingkar dalam kaki kanan,
No. 4. Drop kaki kanan, tendangan menyamping kaki kiri.
No. 5. Drop tangan silang (tangkapan kaki) sambil melangkahkan kaki kanan, putarkan dan dorong (jatuh dada), tangan menyamping kaki kanan.
No. 6. Langkahkan kaki kanan (teknik dua gerak), jepit kaki lawan dengan tangan kiri, tangan kanan memegang tengkuk, sapokan dengan kaki kanan.
No. 7. Langkahkan kaki kiri (teknik dua gerak), jepit kaki lawan dengan tangan kanan, tangan kiri mendorong punggung lawan, sapokan dengan kaki kiri, tendangan menyamping dengan kaki kiri.
No. 8. Drop kaki kanan (tulang kering), tendangan belakang kaki kiri.

3.5. Teknik Jatuhan Bantingan

No. 1. Jatuhan samping.
No. 2. Jatuhan pinggul
No. 3. jatuhan punggung,
No. 4. Jatuhan tengkuk.


D. Pelemasan (Colling Down)

Posisi berdiri siaga dasar. Langkahkan kaki kanan ke depan, kedua tangan angkat ke atas lalu rentangkan badan lemaskan dan busungkan dada kedepan pada saat itu tarik napas dalam-dalam melalui hidung, kemudian tarik kaki kanan kembali sejajar jatuhkan kedua tangan pada saat itu buang nafas melalui mulut. Lakukan gerakan ini bergantian (ganti kaki).
Bentuk pelemasan yang lain bisa juga dilakukan dengan cara gerakannya hampir sama seperti pemanasan (warming-up) peregangan statis urutan no.1-3 dan gerakan cara dinamis gerakan no. 1-5, namun peregangan dengan gerakan tidak maksimal/rilex (gerakan yang kontraksi tidak ada). Perlu dipahami, saat gerakan membuka ambil napas, tahan pada gerakan pelan-pelan menutup, lalu lepaskan napas melalui hidung. Posisinya bisa pada saat berdiri, jongkok, duduk dan tidur dilantai.

Senin, 27 April 2009

Menurut gw tarung drajat terlalu keras...

menurut gw tarung drajat terlalu keras...
dan gak ada seni ilmu beladiri nya... just violance.. gak ada filosofi nya..
beda sama karate, taekwondo, silat, atau judo. mereka semua punya filosofi dalam seni beladiri.. dan disiplin ilmu beladiri.. gak seperti street combat atau boxer... itu menurut gw bukan suatu seni beladiri melainkan seni berkelahi.. semua orang juga bisa mlatih diri dengan seni berkelahi.. tapi beda dengan karate, taekwondo dan silat.. perhatikan setiap gerakan yang ada dalam ilmu beladiri karate, atau taekwondo. mereka semua punya filosofi dan disiplin dari setiap gerakan ilmu beladiri nya.. dan itu yang dinamakan seni beladiri..


Assalamualaikum wr wb
BOX...!!Salam Persaudaraan Buat Semua Petarung Tanah Air Tercinta.
Saya Membaca Salah satu Forum yang alamat situsnya http://forumtest.detikbandung.com/showthread.php?t=89&page=3
Sebagai Pecinta,Penekun dan sekaligus ikut mengembangkan Ilmu Beladiri Tarung Derajat Saya tergelitik untuk ikut membahas masalah yang ada di forum di atas.
Mohon Masukan dari Rekan-rekan Para Petarung,Apa memang demikian adanya Ilmu Beladiri yang kita Tekuni Selama ini..?MOHON Komentar dan masukanya.Terimakasih N BOX..!

Postingan Pak Alnedral BAB II


BAB II
PERKEMBANGAN BELADIRI TARUNG DERAJAT

A. Perkembangan Organisasi

Perkembangan organisasi Keluarga Olahraga Tarung Derajat adalah cikal-bakal dari Perguruan Pusat Kawah Tarung Derajat Bandung yang terletak di jalan Antabaru V no. 2-6 Margacinta Bandung-Jawa Barat Indonesia. Perguruan ini dipimpin langsung oleh Sang Guru H. Achmad Dradjat, Drs. Pelaksanaan perkembangan keilmuan olahraga Tarung Derajat melalui pembentukan Satuan Latihan (SATLAT) diberbagai tempat di tingkat Propinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan terdapat diberbagai kalangan, mulai dari lingkungan Instansi ABRI maupun Sipil, Perguruan Tinggi, Sekolah-sekolah, dan dilingkungan masyarakat lainnya.

Oleh karena perguruan Pusat Tarung Derajat adalah merupakan sebuah bentuk organisasi dalam kegiatan olahraga, maka kristalisasi organisasi tersebut harus terlihat dalam visi maupun misinya. Untuk itu pertama kali dilahirkanlah terlebih dahulu tentang “Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga” yang dipakai untuk pedoman dalam menjalankan roda organisasi Olahraga Tarung Derajat (SK no.13/KEP GUTAMA/STD/X/1991). Dalam mengujudkan visi dan misi Tarung Derajat dirancanglah “Program Umum Kegiatan Perguruan Pusat Tarung Derajat” yang menetapkan tujuan-tujuan sebagai berikut:
Tujuan Umum adalah: 1) Membentuk sikap hidup manusia yang berhakekat manusia, 2) Melaksanakan program hidup bermsyarakat, berbangsa, bernegara, beragama di atas muka bumi, dengan menumbuhkan dan menyebarluaskan sikap hidup berketuhanan Yang Maha Esa, pada segenap makluk ciptaannya, 3) Menciptakan ketahanan moral, melalui ketahanan jasmani dan rohani, 4) Menumbuhkan dan mengembangkan potensi peradaban budaya manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, 5) Meningkatkan harkat dan martabat kehormatan manusia.
Tujuan Khusus adalah: 1) Menumbuhkan, mengembangkan dan memelihara bakat serta menyalurkan hobby dibidang ilmu olahraga seni beladiri, melalui proses pembelajaran dan pemberlatihan Tarung Derajat, 2) Mencetak Ksatria Pejuang dan Pejuang Kesatria yang memiliki; a) Keterampilan otot (gerakan), b) Kecerdasan otak (intelektual), c) kemantapan nurani (sikap mental). 3) Melahirkan anggota petarung/atlet, kader, pelatih, wasit-juri, dan dewan guru perguruan pusat Tarung Derajat yang memiliki sifat-sifat dengan sikap: jiwa besar, patriotisme, rendah hati, jujur, setia, loyalitas tinggi, cinta damai, bertanggung-jawab, mandiri, percaya diri, akhlak berbudi pekerti luhur, dapat mengendalikan dan menguasai diri serta takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 4) Mencetak para Petarung Derajat yang tangguh dan handal serta teruji. 5) Pengabdian diri bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama melalui penguasaan Tarung Derajat secara utuh.
Upaya untuk mengujudkat tujuan-tujuan di atas, maka organisasi di tingkat Satlat kepengurusannya disusun sekurang-kurangnya terdiri dari: 1) Pelatih tetap/Pelatih tugas, 2) Ketua Satlat, 3) Sekretaris, 4) Bendahara, 5) seksi-seksi yang diperlukan seperti; humas, kegiatan, logistik, dan dana. Secara umum hirarki struktur organisasi melalui Perguruan Pusat seperti bagan berikut:


























Semenjak olahraga Tarung Derajat diakui secara resmi sebagai anggota biasa KONI Pusat tahun 1997, maka olahraga Tarung Derajat mempunyai induk organisasi yang berada di bawah naungan KONI Pusat sebagai salah satu Top Organisasi Cabang Olahraga. Organisasi ini di tingkat Pusat bernama Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT). Pada tingkat propinsi bernama Pengurus Provinsi (Pengprov KODRAT). Pada tingkat Kabupaten/Kota bernama Pengurus Kabupaten/Kota (Pengkab/kot KODRAT). Keberadaan Satlat secara operasional itu berada di bawah pembinaan Pengurus Kabupaten/Kota secara organisasi keolahragaan, akan tetapi dia mempunyai garis komando ke atas melalui Pengurus Provinsi koordinasinya langsung ke Perguruan Pusat secara teknis keilmuan tarung derajat aliansinya berhubungan langsung ke Perguruan Pusat Tarung Derajat atau perwakilan perguruan di Propvinsi.


B. Perkembangan Perlengkapan Pertandingan

C. Perkembangan Atribut Tarung Derajat
Semenjak berdirinya perguruan pusat, atribut yang dipakai oleh anggota tarung derajat dirancang khusus oleh Sang Guru seperti; baju latihan, kaos ganti habis latihan, celana lapangan, singlet, tas latihan, topi, switer tanding, Jaket, spanduk, stiker, dan lain-lain edisi khusus sesuai kebutuhan perguruan. Semua atribut tersebut tidak diperjual-belikan pada kalayak umum, tapi hanya terbatas untuk kalangan intern anggota keluarga olahraga Tarung Derajat dan dikelola langsung melalui Yayasan Tarung Derajat “Aa-Boxer”. Jadi pengadaan atribut tarung derajat tidak akan pernah dijumpai pada konter-konter dan toko olahraga kecuali melalui perwakilan perguruan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Satlat. Logo atau lambang yang dipakai pada atribut tarung derajat telah dipatenkan melalui badan hukum.

Baju latihan
1. Baju latihan biasa, warna putih lengan panjang, bahan dasar strit tipis, samblon tarung derajat di dada kiri dan sablon logo pribadi mandiri di sebelah dada kanan, di bagian punggung bertuliskan Logo Kodrat AA-Boxer, pada lengan kiri dan kanan bertuliskan tarung derajat, diperuntukkan bagi anggota yang mengikuti latihan kurata I, II dan III.
2. Baju latihan lengan pendek, warna putih, bahan dasar strit tebal, bordiran logo pribadi mandiri di sebelah dada kiri, dibagian tengah antara dada dan perut bordiran logo boxer, di bagian punggung bertuliskan Logo Box ditambah tulisan “jadikanlah dirimu oleh diri sendiri AA-Boxer”, pada pundak kiri dan kanan bertuliskan boxer, diperuntukkan bagi anggota yang mengikuti latihan kurata III senior ke atas atau untuk petarung/tanding.
3. Baju latihan lengan panjang ¾ , warna putih, bahan dasar strit tebal, bordiran logo pribadi mandiri di sebelah dada kiri, dibagian tengah antara dada dan perut bordiran logo boxer, di bagian punggung bertuliskan Logo Box ditambah tulisan “jadikanlah dirimu oleh diri sendiri AA-Boxer”, pada lengan kiri dan kanan bertuliskan tarung derajat, diperuntukkan bagi anggota yang mengikuti latihan kurata VI ke atas atau untuk kualifikasi pelatih. Pada bagian dada kanan boleh dipasang beat petarung/pelatih bagi anggota yang sudah legal memperolehnya.
4. Baju latihan lengan pendek, warna hitam, bahan dasar strit tebal, bordiran logo pribadi mandiri di sebelah dada kiri, dibagian tengah antara dada dan perut bordiran logo boxer, di bagian punggung bertuliskan Logo Box ditambah tulisan “jadikanlah dirimu oleh diri sendiri AA-Boxer”, pada pundak kiri dan kanan bertuliskan boxer, diperuntukkan bagi anggota yang mengikuti latihan kurata VI senior ke atas atau untuk kurata VII. Pada bagian dada kanan boleh dipasang beat petarung/pelatih bagi anggota yang sudah legal memperolehnya.
5. Baju latihan lengan panjang ¾ , warna hitam, bahan dasar strit tebal, bordiran logo pribadi mandiri di sebelah dada kiri, dibagian tengah antara dada dan perut bordiran logo boxer, di bagian punggung bertuliskan Logo Box ditambah tulisan “jadikanlah dirimu oleh diri sendiri AA-Boxer”, pada lengan kiri dan kanan bertuliskan tarung derajat, diperuntukkan bagi anggota yang memiliki kualifikasi “Zat”. Pada bagian dada kanan boleh dipasang beat petarung/pelatih/penghargaan khusus bagi anggota yang sudah legal memperolehnya.

Atribut baju Kaos Ganti.



D. Perkembangan Nomor dan Kelas Pertandingan

Perkembangan nomor dan kelas pertandingan menunjukkan perubahan yang signifikan dari suatu kejuaran kepada kejuaraan berikutnya. Perubahan tersebut didasari dari situasi dan kondisi yang berkembang dan disesuaikan dengan tuntutan ilmu dan teknologi (IPTEK) keolahragaan. Nomor dan kelas yang berkembang adalah antara yang sudah resmi (standar) dengan yang di eksibisikan (belum standar). Paparan berikut adalah perkembangan dari awal kejuaaran tarung derajat dimulai sampai kejuaran yang resmi dipertandingkan pada PON XVI-2004 Palembang.
Kejuaraan Tarung Bebas AA-Boxer Cup I samapai Tarung Bebas AA-Boxer Cup (Kejurnas IV-1995), nomor pertandingan tarung khusus petarung putra saja. Kelas yang ditarungkan adalah: (1) 49 Kg ke bawah, (2) 50-54 Kg, (3) 55-59 Kg, (4) 60-64 Kg, (5) 65 Kg Ke atas. Nomor peragaan seni gerak menampilkan Ranger, pemecahan benda keras dan beladiri praktis.
Kejuaraan Tarung Bebas AA-Boxer (Kejurnas V) tahun 1996, nomor pertandingan tarung khusus petarung putra saja sebanyak tujuh kelas yang ditarungkan adalah: (1) 49 Kg ke bawah, (2) 50-54 Kg, (3) 55-59 Kg, (4) 60-64 Kg, (5) 65-69 Kg, (6) 70-74 Kg, (7) 75 Kg Ke atas. Nomor peragaan seni gerak menampilkan Ranger, pemecahan benda keras dan beladiri praktis.
Kejuaraan Tarung Bebas Tarung Derajat (Kejurnas VI) tahun 1998 di Bandung, nomor pertandingan tarung khusus petarung putra saja sebanyak tujuh kelas. Nomor peragaan seni gerak menampilkan rangkaian gerak (Ranger), pemecahan benda keras dan beladiri praktis.
Kejuaraan Tarung Bebas Tarung Derajat (Eksibisi PON XV-2000) di Surabaya-Jawa Timur tahun 2000, nomor pertandingan tarung khusus petarung putra saja. Kelas yang ditarungkan adalah: (1) sampai dengan 49 Kg, (2) 49,1-52 Kg, (3) 52,1-55 Kg, (4) 55,1-58 Kg, (5) 58,1-61 Kg, (6) 61,1-64 Kg, (7) 64,1-67 Kg, (8) 67,1-70 Kg, (9) 70,1 Kg Ke atas. Nomor peragaan seni gerak menampilkan Ranger, pemecahan benda keras dan Tarung antar master.
Kejuaraan Tarung Bebas Tarung Derajat (Kejurnas VII-2002) di Palembang Sumatera Selatan, nomor pertandingan tarung khusus petarung putra dan eksibisi Seni Gerak putra-putri. Kelas yang ditarungkan adalah sama dengan nomor waktu eksebisi PON. Nomor peragaan seni gerak menampilkan (1) Rangkaian Gerak (Ranger), (2) Gerak Tarung (Getar), dan (3) Gerak Bertahan Menyerang (Gharang).
Kejuaraan Tarung Bebas Tarung Derajat (Kejurnas VIII-2003) di Bandung Jawa Barat, nomor pertandingan tarung putra dan eksibisi Tarung putri dan Seni Gerak putra-putri. Kelas yang ditarungkan untuk putra sama pada Kejurnas II. Kelas pertandingan tarung putri adalah: (1) 45 Kg ke bawah, (2) 46-50 Kg, (3) 51-55 Kg, (4) 56-60 Kg, (5) 61 Kg Ke atas. Nomor peragaan seni gerak menampilkan (1) Rangkaian Gerak (Ranger) putri, dan (2) Gerak Tarung (Getar) putra.
Pekan Olahraga Nasional XVI-2004 cabang Tarung Derajat di Palembang Sumatera Selatan, nomor pertandingan tarung putra resmi PON dan eksibisi seni gerak RANGER. Kelas yang ditarungkan adalah 9 (sembilan) kelas dengan merebutkan 9 medali emas, 9 medali perak, dan 18 medali perunggu. Nomor peragaan seni gerak menampilkan Ranger-Ghada dan Ranger-Ghada Derajat untuk putra, derajat II dan derajat III untuk putri.
Kejuaraan Tarung Bebas Tarung Derajat (Kejurnas IX-2005) di Jakarta, nomor pertandingan tarung putra, taurng putri dan seni gerak putra-putri. Tarung putra Kelas yang dipertandingkan masih tetap sembilan kelas. Tarung putri mempertandingkan; kelas sampai dengan 52 Kg, (2) 52,1-58 Kg, (3) 58,1 Kg Ke atas. Nomor peragaan seni gerak beregu 3 (tiga) orang untuk putra dan putri yang menampilkan derajat II, sedangkan seni gerak tarung (getar) hanya untuk putra berpasangan 2 (dua) orang.

Senin, 20 April 2009

Petarung Sumbar Ikuti Piala Presiden

Minggu, 11 Januari 2009
PADANG, METRO--Guna mencari bibit dan menambah jam terbang para petarung, Pengurus Provinsi Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Sumbar akan mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kodrat Piala Presiden 2009 di GOR Pajajaran, Bandung 23-25 Januari.
Petarung yang akan dikirim ke Kejurnas ini, adalah atlet yang mampu berprestasi dalam Kejurda di Solok lalu. “Petarung terbaik hasil Kejurda akan kita kirim ke Kejurnas ini. Mudah-mudahan mereka bisa berprestasi,” ungkap Ketua Umum Pengprov Kodrat Sumbar Bahrum Yonda Djabar didampingi Wakil Ketua Umum Syahwin Nikelas, Minggu (11/1) kepada POSMETRO.

Selain mengirim petarung, Kodrat Sumbar juga dipercaya PB (pengurus besar) menyertakan tiga wasit/juri untuk memimpin di Kejurnas. Tiga wasit/juri yang juga di SK-kan PB Kodrat, Gatot Muhartono SPd, Jesmi Fitriaris dan Sudirman. “Ini suatu penghargaan bagi kita ditunjuknya tiga wasit/juri dari 26 wasit/juri yang akan memimpin Kejurnas Piala Presiden di Bandung nanti,” kata Yonda yang juga anggota DPRD Sumbar ini.

Dapat SK Kaban

Sementara itu, Pengprov Kodrat Sumbar periode 2009-2013 telah terbentuk. Terbukti dengan keluarnya surat keputusan (SK) PB Kodrat yang ditandatangani Ketua Umum Malem Sambat Kaban, 7 Januari lalu.SK Nomor 02/SK/PB. KODRAT/TI/2009, menetapkan, H Bachrum Yonda Djabar SIP, sebagai ketua umum.

Kader Partai Golkar itu bakal dibantu beberapa pengurus harian, di antaranya Wakil Ketua Umum Syahwin Nikelas, Ketua Harian Alnedral dan Sekretaris Umum Dede Irawan. “Jumlah kepengurusan lebih kecil dari kepengurusan lalu. Namun figur yang duduk adalah orang pilihan yang memiliki komitmen memajukan tarung derajat,” kata Yonda yang sejak lama konsisten membina olahraga tarung derajat.

Untuk kelangsungan organisasi, ketua umum terpilih beserta pengurus lainnya menggelar pertemuan di Sekretariat Pengprov Kodrat Sumbar Jalan Taman Siswa, Padang Baru, Kota Padang, Minggu (11/1). Dalam pertemuan itu, seluruh pengurus diminta kesediaan untuk memajukan Kodrat Sumbar ke depan. “Target kita di antaranya mewujudkan prestasi pada PON XVIII 2012 di Pekanbaru, Riau,” pungkas Yonda.(can)

Sabtu, 18 April 2009

PENGURUS KODRAT SUMBAR

PENGURUS BESAR
KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT
(PB.KODRAT)


SURAT KEPUTUSAN
Nomor :02/SK/PB.KODRAT/I/2009

TENTANG

PENGUKUHAN PERSONALIA PENGURUS PROVINSI
KELUARGA OLAH RAGA TARUNG DERAJAT SUMATERA BARAT
MASA BAKTI 2009 – 2013

KETUA UMUM PENGURUS BESAR
KELUARGA OLAH RAGA TARUNG DERAJAT

Menimbang :a.Bahwa berkenaan dengan telah tersusunnya personalia Pengurus Provinsi Keluarga Olah Raga Tarung Derajat Sumatera Barat masa bakti 2009-2013,dipandang perlu untuk pengukuhan kepengurusan tersebut.
b.Bahwa sehubungan dengan butir “a” tersebut diatas dan demi tertib organisasi dan administrasi,dipandang perlu untuk menertibkan Surat Keputusannya.

Mengingat : 1.Keputusan Rapat Anggota KONI PUSAT Nomor:06/RA/1997,Tahun 1997.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PB.KODRAT

Memperhatikan : Surat Ketua Umum Pengprov Kodrat Sumbar Nomor : 38/PP-KODRAT-SB/SK/XII/2008,Tanggal 22 Desember 2008,Perihal : Penerbitan SK.Pengprov.Kodrat Sumbar masa bakti 2009-2013,yang di ketahui oleh Ketua Umum KONI Sumatera Barat.


MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Mengukuhkan Personalia Pengurus Provinsi Keluarga Olahraga Tarung Derajat masa bakti 2009-2013,sebagaimana tercantum dalam surat keputusan ini.
Kedua :Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini,akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Katiga : Keputusan ini berlaku terhitung tanggal di tetapkan

Ditetapkan : J a k a r t a
Pada Tanggal : 7 Januari 2009



PENGURUS BESAR
KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT
(PB.KODRAT)

Lampiran : SK.Ketua Umum PB.KODRAT
Nomor : 02/SK/PB.KODRAT/I/2009
Tanggal : 7 Januari 2009

SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS PROVINSI
KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT SUMATERA BARAT
MASA BAKTI 2009 – 2013

I. Pelindung : KONI Provinsi Sumatera Barat

II. Pembina : 1. Prof.Dr.Phil H. Yanuar Kiram
2. Drs.Desra Ediwar A. Tanur,MM.
3. Prof.Dr.Sayuti Syahara,M.S.
4. Ir.H.Zaenal Arifin

III.Pengurus
Ketua Umum : H.Bachrum Yonda Djabar,S.ip.
Wakil Ketua Umum : Drs.H.Syahwin Nikelas
Ketua Harian : Drs.H.Alnedral,M.Pd.

Sekretaris Umum : Dede Irawan
Wakil Sekretaris : Jesmi Fitriaris

Bendahara : Drs.H.Ganefri,M.Pd
Wakil Bendahara : Junaidi Efiantoni

Ketua I Bidang Organisasi dan Daerah : Prof.Dr Eddy Marheni,M.Pd
Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi : Gatot Muhartono,S.Pd
Ketua III Bidang Umum dan Dana : Ismed
Ketua IV Bidang Litbang : Drs.Heryanto Sindra,M.Pd.Kons

Bidang dibawah Koordinasi Ketua I
Hubungan Daerah : Drs.H.Khairi Yusri,MM.
Disiplin Kader dan Alumni : - Junaidi
- Y a z d i
- Jhon Erinal

Bidang dibawah Koordinasi Ketua II
Komisi Teknik : Rozi Martoyo
Pertandingan : Roni Valiant Putra,S.Sos
Perwasitan : Anuar Zamili
Pendidikan dan Latihan : Mahdi

Bidang dibawah Koordinasi Ketua III
Perencanaan Anggaran Keuangan : Eri Rasyid
Usaha Dana & Hukum : Suyanto,SH.
Sarana dan Prasarana : Sudirman
Umum : H.Erizal,S.Pd

Bidang dibawah Koordinasi Ketua IV
Sport Medicine & Kesehatan : Dr.dr.H.Afriwaldi,SPok.
Pembina Rohani : Drs.H.Irwan
Humas/Media Promosi/Dokumentasi : - Supriyono
- Dede Amri


PENGURUS BESAR
KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT
KETUA UMUM





DR.H.M.S.KABAN,SE.MSI

KOORDINATOR PROVINSI (KODRAT)

ALAMAT SEKRETARIAT
PENGURUS BESAR KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT
(PB. KODRAT)

Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt 7 Ruang 701
Jl. Gatot Subroto, Jakarta Pusat

KOORDINATOR PROVINSI
KELUARGA OLAHRAGA TARUNG DERAJAT (KODRAT)

1. Koordinator Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Yanyan Rahmat, S.Sos.

081360826655

08126942491



2. Koordinator Provinsi Sumatera Utara

Abdul Jamil

081361773364



3. Koordinator Provinsi Sumatera Barat

Drs. H. Alnedral

08126611948



4. Koordinator Provinsi Riau

Subiantoro, S.Sos.

08153720214



5. Koordinator Provinsi Kepulauan Riau

Aep

08192632865



6. Koordinator Provinsi Jambi

Drs. Engkos Kosasih

08127820025



7. Koordinator Provinsi Sumatera Selatan

Edi

081377677345



8. Koordinator Provinsi Bengkulu

Drs. Chairul, M.Pd.

081367772644



9. Koordinator Provinsi Lampung

Yopi Emeraldi, ST.

0816414103



10. Koordinator Provinsi Banten

Rendra W, S.Sos.

0817750353



11. Koordinator Provinsi DKI Jakarta

Jhono

08161308447



12. Koordinator Provinsi Jabar

Ir. Boyke Permadi

081321245557



13. Koordinator Provinsi Jawa Tengah

Drs. Heru

081321800100



14. Koordinator Provinsi DI Yogyakarta

Dedih Rusnadi

0818264705



15. Koordinator Provinsi Jawa Timur

Cecep Priatna Kusumah

08563012535



16. Koordinator Provinsi Kalimantan Barat

Dedi Indarto

0816298769



17. Koordinator Provinsi Kalimantan Timur

Umar Sukmara

081394701887



18. Koordinator Provinsi Bali

K.U. Wirasatya

0816298769



19. Koordinator Provinsi Nusa Tenggara Barat

Yong

08123738830

Sumber : http://tarungderajat-aaboxer.com

Filosofi Tarung Derajat

DEFINISI :

Tarung Derajat itu adalah Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani. Didalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerak seluruh anggota tubuh beserta bagian bagian penting lainnya untuk memiliki dan menerapkan 5 (lima) unsur daya moral, yaitu : Kekuatan – Kecepatan – Ketepatan – Keberanian dan Keuletan pada Sistem Teknik – Taktik dan Strategi Ketahanan dan pertahanan diri yang dinamis dan agresif dalam bentuk Pukulan, Tendangan, Bantingan dan Kuncian, serta mampu digunakan secara Praktis dan Efektif terutama pada upaya Pembelaan Diri .

HAKEKAT TARUNG DERAJAT :

Tarung Derajat itu adalah Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri yang memanfaatkan Senyawa Daya Gerak Otot, Otak serta Nurani secara Realistis dan Rasional, didalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerakan-gerakan seluruh anggota dan organ tubuh serta bagian-bagian penting lainnnya, dalam rangka memiliki dan menerapkan 5 (lima) unsur daya moral, antara lain yaitu : Kekuatan – Kecepatan – Ketepatan – Keberanian dan Keuletan, yang melekat dengan Dinamis dan Agresif dalam suatu Sistem Ketahanan / Pertahanan diri serta Pola Teknik, Taktik dan Strategi Bertahan menyerang yang Praktis dan Efektif bagi suatu Pembelaan Diri. Untuk digunakan terutama pada upaya Pemeliharaan Keselamatan, Kesehatan dan Kesempatan Hidup sebagai Manusia yang berhakekat, seperti mampu menghindari dan menjauhkan sikap hidup permusuhan dan kesombongan, pencegahan dan pemulihan penyakit fisik dan mental, serta mampu mensyukuri kehidupan dan berbuat amal kebaikan bermanfaat bagi kemanusiaan.



Senyawa Daya Gerak Otot, Otak serta Nurani di atas tadi berasal dan diperoleh dari proses Fikiran Rasa dan Keyakinan atas dan tentang berbagai macam sifat, motif dan bentuk serta cara datang kemudian menerima dan menyikapi serta menjawab peristiwa-peristiwa terjadinya suatu kejadian hidup yang dialami dan teralami sendiri di dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang garapan hidup yang ditekuni secara Realistis dan Rasional pada setiap tatanan ruang lingkup, tataran dan tingkatan kehidupan yang diganti selaras dengan adab-adabnya dalam rangka berinteraksi hidup keluarga, masyarakat, hingga bernegara dan berketuhanan YME. Pengalaman tersebut bergulir secara alamiah dari waktu ke waktu sejak masa kecil bergerak sepanjang hayat.



Rangkaian dari suatu proses pengalaman hidup tersebut ditata dalam bentuk paduan imajinasi yang sarat dengan hasrat perjuangan dan kerja keras untuk merubah nasib, tertata dalam bentuk paduan kreativitas. Paduan imajinasi menyatu dengan paduan kreativitas melahirkan suatu tindakan hidup yang praktis dan efektif. Dan tindakan moral yang dilakukan dengan konsisten pada setiap menghadapi tantangan dan tuntutan hidup, merefleksi dalam paduan Keberanian Moral.





PRINSIP TARUNG DERAJAT :

JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI !



MENJADI PRINSIP PELATIHAN TARUNG DERAJAT



Dengan imajinasi, kreativitas dan keberanian moralnya, sosok pribadi anak bangsa bernama Achmad Dradjat membina diri, menempa fisik dan mental, menjawab tantangan dan memenuhi tuntutan hidup.

Serta membentuk jati diri sendiri secara mandiri dan tersendiri. Hal ini ditandai dengan menerapkannya nama julukan dengan panggilan AA BOXER. Nama panggilan AA BOXER melekat pada Achmad Dradjat setelah dirinya mampu dan berhasil menciptakan dan menerapkan suatu cara Pembelaan Diri karya ciptanya pada kehidupan sehari-hari dimana diperlukan dan penting melakukan suatu pembelaan diri demi memelihara diri dan membela kemanusiaan.

Sumber : http://www.tarungderajat-aaboxer.com

Jumat, 17 April 2009

Bagaimana Dengan Sumbar..?

Akhir-akhir ini Para Petarung Sumbar kurang menyumbangkan Medali.!Kenapa bisa demikian...?

Jabar Juara Umum Piala Presiden 2009
Berikut adalah kutipan dari koran PR:

PR,BANDUNG, (PRLM).- Kontingen Jawa Barat berhasil mempertahankan Piala Presiden RI, setelah menjadi juara umum kejuaraan nasional Tarung Derajat 2009, di GOR Pajajaran, Bandung, Minggu (25/1).

Jabar mengumpulkan 5 emas, 1 perak, 1 perunggu. Posisi kedua ditempati Riau dengan 2 emas, 2 perak, 2 perunggu disusul Kalimantan Barat dengan 2 emas 1 perak, 3 perunggu.

Kelima emas Jabar disumbangkan Agus Firmansyah (tarung putra kelas 49,1 kg), Eka (64,1 kg), Tina Nengsih (tarung putri 46,1 kg), Mini Rohaeni (54,1 kg) serta nomor gerak tarung putra atas nama Imanda Dwi/Mochamad Zam Zam.

Piala Presiden RI diserahkan Ketua KONI Pusat Rita Subowo kepada Manajer Jabar, Yadi Sri Mulyadi sekaligus menutup kejurnas. Menurut Yadi, hasil tersebut telah sesuai dengan target Jabar, walaupun dari segi medali meleset dua emas.

Pada Kejurnas Tarung Derajat di Jakarta empat tahun lalu, Jabar menjadi juara umum dengan tujuh emas. Sementara, pada PON Kaltim Jabar menyabet empat emas.

Data Base Kejuaraan Nasional Tarung Derajat

1. KEJURNAS I – 1988 / AA BOXER CUP I – 1998

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 36 Petarung dari 4 daerah Provinsi : Jawa Barat, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali.

2. KEJURNAS II – 1990 / AA BOXER CUP II – 1990

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 48 Petarung dari 5 daerah Provinsi : Jawa Barat, jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Bali.

3. KEJURNAS III – 1992 / AA BOXER CUP III – 1992

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 59 Petarung dari 8 daerah Provinsi : Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan Barat.

4. KEJURNAS IV – 1995 / AA BOXER CUP IV – 1995

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 200 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

Catatan Informasi : Setelah Kejurnas IV – 1995 / AA BOXER CUP IV – 1995, terus diadakan pembenahan seleksi peserta kejuaraan berikutnya, baik seleksi tekhnik, kesehatan maupun administrasi, sehingga terjadi penurunan jumlah peserta pada kejurnas-kejurnas berikutnya

5. KEJURNAS V – 1996 / AA BOXER CUP V – 1996

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 130 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

6. KEJURNAS VI – 1996 / AA BOXER CUP VI – 1996

Bertempat di Bandung, Jumlah peserta 126 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali

7. KEJURNAS VII – 2000 / EKSIBISI PON XV – 2000 JAWA TIMUR

Bertempat di Sidoarjo – Jawa Timur pada Tanggal 27 – 28 Juni 2000, Jumlah peserta 105 Petarung dari 14 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

8. KEJURNAS VIII – 2002 PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Bertempat di Palembang, Tanggal 26 – 27 Oktober 2002, Jumlah peserta 130 Petarung dari 16 daerah Provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

9. KEJURNAS IX – 2003 / PRA-PON XVI – 2004

Bertempat di Bandung, Tanggal 27 – 28 Desember 2003, Jumlah peserta 130 Petarung dari 18 Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

10. PON XVI – 2004 SUMATERA SELATAN

Digelar di Hall Unsri Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Bulan September 2004, Jumlah peserta 81 Petarung dari 18 Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

11. KEJURNAS TARUNG DERAJAT X – 2005 – BANK NISP

Bertempat di Jakarta, Tanggal 16 – 18 Desember 2005, Jumlah Peserta 227 orang dari 19 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali.

12. KEJURNAS TARUNG DERAJAT PIALA PRESIDEN R.I. TAHUN 2006

Bertempat di Istora Senayan Jakarta, Tanggal 1 – 3 Desember 2006, Jumlah Peserta 263 Atlet Petarung dan Seni Gerak, dari 22 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali, Maluku, Papua

13. KEJUARAAN TARUNG DERAJAT PRA-PON XVII – KALTIM 2008

Bertempat di Bandung, Tanggal 3 – 5 Agustus 2007, Jumlah Peserta 227 Atlet Petarung dan Seni gerak, dari 18 daerah Provinsi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Bali.

Di Kutip Dari Situs : http://kumpulantarungderajat.blogspot.com/

Kejuaraan Nasional Tarung Derajat 2009,Piala Presiden


BOX!!!!... Kejuaraan ini digelar di GOR Padjajaran Bandung pada tanggal 23-25 Januari 2009. Kejuaraan ini di buka oleh Ketua Umum PB Kodrat, Menteri Kehutanan MS Kaban, dan dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga ,Adhyaksa Dault dan Walikota Bandung, Dada Rosada. Acara pembukaan dimeriahkan oleh demo gerakan jurus. Berikut adalah kutipan dari koran KOMPAS

BANDUNG, KOMPAS--Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PB Kodrat, Menteri Kehutanan MS Kaban membuka kejuaraan nasional tarung derajat yang digelar di GOR Pajajaran, Bandung, Jumat (3/5) - Minggu (5/5). Kejurnas ini sekaligus merupakan babak kualifikasi tarung derajat untuk PON XVII.

Kejurnas diikuti 271 atlet dari 18 daerah di Indonesia. Mereka akan bersaing dalam tiga nomor pertandingan yang masih dibagi lagi dalam belasan kelas. Kaban mengatakan, dalam waktu dekat PB Kodrat akan menyebarluaskan olahraga tarung derajat ke negara-negara tetangga. "Kita harus bangga karena tarung derajat merupakan beladiri asli negara kita," kata Kaban.

Selain itu, ujar Kaban, PB Kodrat akan lebih menyebarluaskan tarung derajat di dalam negeri dengan cara memopulerkannya di sekolah-sekolah. "Kita akan mengimprovisasi olahraga tarung derajat lebih menarik bagi anak-anak dan perempuan," ujar Kaban. (LSD) Menjelang sore, Kejuaraan ini dihadiri oleh Wagub Jabar ,Dede Yusuf sebagai bentuk support yang baik bagi Tarung Derajat.

Pertandingan berlangsung seru, setiap atlet berjuang dengan gigih untuk meraih kemenangan.



Di Kutip Dari Situs : http://tarungderajatkombat.blogspot.com/

Mengenal Tarung Derajat


TARUNG DERAJAT itu Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri, seperti Sistem Pembelaan Diri Reaksi Cepat yang Praktis dan Efektif dengan gerak anggota tubuh yang Realistis dan Rasional. Hal itu adalah, Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya Pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan hidup, seperti Menghindari dan mempertahankan diri dari segala bentuk tindak kekerasan yang merusak derajat moral kemanusiaan dan Menghormati persamaan hak dan kewajiban dalam pergaulan umum dimanapun berada, serta Pencegahan dan Pemulihan penyakit fisik dan mental yang menumbuhkan kerusakan pada tatanan kehidupan, misalnya: Persaingan hidup dan Keserakahan.

Senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh antara lain, yaitu dari: Didikan Akhlak budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan oleh kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara berdisiplin sejak masa kecil, dari gerak reflek anggota tubuh dan bagian penting lainnya yang alami sebagai bagian dari kelengkapan hidup bawaan lahir yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana kepada setiap mahluk hidup ciptaannya yaitu suatu kemampuan gerak alami mempertahankan diri untuk bertahan hidup dari sesuatu bahaya yang mengancam kehidupannya, antara lain: Naluri, Insting dan Garisah, serta dari hasil terapan Pengalaman Hidup lainnya yang menjadi magnit dan pendorong yang kuat untuk membangun sendiri secara mandiri suatu cara mempertahankan dan menahan diri yang tersendiri dan bermanfaat dalam penyelenggaraan KEHIDUPAN selaras dengan Kodratnya. Sebelum senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani melekat pada seluruh Anggota Tubuh beserta bagian-bagiannya dan dijadikan sebagai alat untuk Pembelaan Diri, haruslah difikirkan, dirasakan dan diyakini akan keamanan dan keampuhannya. Untuk menjamin hal itu senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut harus melalui serangkaian Proses Uji tentang Daya Serang dan Daya Tahan , Sifat Fisik dan Sikap Mental serta Khasiat dan Manfaatnya, sehingga dapat ditentukan bentuk Teknik, Taktik dan Strategi Mempertahankan dan Menahan Diri yang paling patut dan sangat pantas untuk diciptakan secara khusus dan diterapkan melalui cara yang tersendiri dalam arena kehidupan sehari-hari untuk ditumbuh kembangkan serta diorganisir dengan pola hidup yang mandiri dan alamiah. Pada penciptaan dan penerapan selalu dilakukan penelitian dan ketelitian mutu teknik, taktik dan strategi untuk menjamin agar alat pembelaan diri dapat dikuasai dengan mutu terjamin dan dapat digunakan sesuai dengan derajat kebutuhan dan peruntukannya..Fikiran, Rasa dan Keyakinan tentang Hikmah yang terkandung dibalik terjadinya kejadian – kejadian hidup yang mengguncang perasaan batin
TARUNG DERAJAT (TARUNG DRADJAT), adalah Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya PEMBELAAN DIRI yaitu Pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Hidup, seperti Pencegahan dan Pemulihan Penyakit fisik dan Mental serta mempertahankan dan menahan diri demi tegaknya kehidupan yang bermartabat.
Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh dari: Didikan Akhlak Budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan oleh kedua Orang tua dan melekat secara terpelihara sejak masa kecil, dari Reflek Gerak Tubuh alami sebagai bagian dari kelengkapan hidup yang di Anugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap mahluk hidup ciptaannya, antara lain: Naluri, Insting, dan Garisah, serta hasil dari terapan Pengalaman hidup sendiri.
Sebelum senyawa diserap dan meresap serta melekat pada setiap gerak anggota tubuh kemudian digunakan sebagai Alat untuk Perlindungan diri, haruslah di Fikirkan, di Rasakan dan di Yakini akan Keamanan dan Kemanfaatannya, untuk menjamin hal itu Senyawa Daya Gerak Otot - Otak serta Nurani, harus melalui rangkaian Proses UJI, tentang: Khasiat, Daya Tahan dan Serang, serta Sifat Fisik dan Sikap Mentalnya, sehingga dapat dibangun bentuk dari pada Sistem Pembelaan Diri yang paling Realistis dan Rasional serta sangat Praktis dan Efektif untuk menyikapi dan menjawab kejadian dan tantangan hidup yang merusak harkat martabat atau derajat kemanusiaan dan tatanan kehidupannya.
Berbagai macam cara, upaya dan pengorbanan dilakukan didalam membangun system teknik, taktik dan strategi pertahanan dan ketahanan diri ini, perjuangan hidup tersebut terkordinasi dalam tahapan proses pembelajaran dan pemberlatihan olah gerak anggota badan beserta bagian-bagian pentingnya, seperti: bagian kepala, tangan, kaki dan perangkat tubuh lainnya dalam bentuk gerakan yang sesuai dengan fungsi dari pada anggota tubuh tersebut, misalnya Pukulan , Tendangan , Hindaran , Tangkisan , Bantingan dan Kuncian serta gerak tubuh lainnya yang terkait dalam kepentingan gerakan beladiri. Pada penerapannya yang dipraktekan langsung dalam kehidupan sehari-hari dimana diperlukan dan butuh berkelahi guna menyelamatkan kelangsungan hidup, menegakkan kehormatan dan membela kemanusiaan serta sambil menguji kemampuan hasil belajar dan berlatih diri sendiri. Dan sesungguhnya kebiasaan berkelahi tersebut menjadi bagian dari proses penempaan fisik dan mental yang sangat memiliki pengaruh pada pembentukan jati diri seni Pembelaan Diri ini dari perkelahian jalanan ini pula kemudian dikenal istilah TARUNG BEBAS yang kemudian menjadi salah satu cirri khas dari Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri ini.
“TARUNG DERAJAT.yaitu : “ Ilmu Olah Raga Seni Beladiri yang memanfaatkan Senyawa daya gerak Otot – Otak serta Nurani didalam Pembelajaran dan Pemberlatihan Gerak seluruh anggota tubuh beserta bagian-bagian pentingnya, antara lain Kepala, Tangan, Kaki dengan segala keinderaannya didalam lingkup Proses penempaan fisik dan Mental dalam rangka menguasai dan menerapkan 5 unsur Daya Gerak Moral, yakni: Kekuatan-Kecepatan-Ketepatan-Keberanian dan Keuletan, dalam Teknik, Taktik dan Strategi Mempertahankan dan Menahan Diri yang Agresif dan Dinamis pada bentuk Pukulan, Tendangan, Hindaran, Kibasan, Bantingan, Kuncian serta gerak Bertahan Menyerang lainya yang Praktis dan Efektif, bagi suatu Pembelaan Diri yang Realistis dan Rasional “. Pada proses pembentukan dan penerapan selalu dilakukan pengkajian Derajat teknik, taktik dan strategi pertahanan dan ketahanan diri untuk menjamin agar Sistem Pembelaan Diri
terserap dan melekat pada anggota tubuh dengan Derajat terjamin serta dapat digunakan dalam arena Kehidupan sehari-hari sesuai dengan peruntukan dan kepentingannya.
Tarung Derajat dilahirkan di Bumi Persada Indonesia tercinta di kota Bandung Jawa Barat pada tanggal 18 Juli 1972, yang ditandai dengan Ikrar pendirian Perguruan Pusat Tarung Derajat oleh Sang pendiri tunggalnya, yaitu Pencipta Tarung Derajat bernama : ACHMAD DRADJAT yang akrab dipanggil dengan nama sebutan “AA BOXER”. Nama sebutan tersebut diterapkan dan terpatri pada Sang Guru Achmad Dradjat untuk menandai dirinya sendiri yang telah mampu dan berhasil meraih tahapan awal dari suatu proses Perjuangan panjang, antara lain: Melakukan perlawanan diri terhadap suatu Tindak Kekerasan Fisik yang mengancam Keselamatan dan kesehatan hidupnya, tindak perlawanan tersebut dilakukan dengan kemampuan fisik yang terbangun dan dibangun dari hasil proses Renungan dan Pelatihan diri .
KEHIDUPAN pada Hakekatnya, adalah merupakan Interaksi antara Manusia dengan Alam semesta, Manusia dengan Lingkungannya, Manusia dengan Manusia lainnya, Manusia dengan Dirinya sendiri, serta Manusia dengan Tuhannya.
Selaras dan sejalan dengan Hal-hal diatas tadi, adalah sosok Guru Achmad Dradjat seorang putra bangsa Indonesia yang akrab dengan nama panggilan AA BOXER. Sejak usia remaja 13 tahun Berjuang Diri mencari dan menggali sendiri secara mandiri, untuk memiliki dan menguasai Sesuatu Hal yang Khas dan tersendiri, guna Menyelamatkan dan Menyehatkan Kelangsungan Hidupnya.
Kehidupan masa kecil Sang Guru Achmad Dradjat yang mempunyai postur tubuh Lebih Pendek dan kurus bila dibanding dan ditandingkan dengan anak-anak sebayanya yang berumur rata-rata sama, kelebihan badan luarnya itu terimbangi dengan sifat dan sikap bawaan hidup yang Berani dan Ulet serta selalu Realistis dan Rasional dalam Berkehidupan. Hidup dan dibesarkan disuatu tempat tinggal yang peri kehidupan masyarakatnya sangat keras dan heteorogin,
Terimbangi yang lebih itu adalah Suatu Ilmu Olah Raga Seni Bela Diri, yang dinamakan “ TARUNG DERAJAT “. memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani untuk digunakan terutama pada upaya menguasai dan menerapkan 5 (Lima) Unsur Daya Gerak Moral , antaralain : Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan, pada Sistem Mempertahankan dan Menahan Diri
Bermacam cara , upaya dan pengorbanan dilakukan dalam kesendirian oleh Achmad Dradjat dan secara mandiri serta tersendiri pula mencari dan menggali suatu cara , tempat dan sarana , prasarana lainnya yang Praktis dan Efektif untuk suatu Penempaan diri , hal itu dikerjakan sejalan dengan penyelenggaraan hidup sehari-hari ditengah kerasnya Kehidupan yang ditapakinya dari saat ke saat semasih hidup pada masanya , seiring dengan bergulirnya sang waktu Perjuangan hidup pribadi Achmad Dradjat yang syarat mengalami berbagai Tindak Kekerasan dan diwarnai bermacam Perkelahian fisik dan mental yang menguras Tenaga ,fikiran dan Perasaan yang terjadi secara alami maupun terprogram baik yang disebut perkelahian jalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya saat berlatih Beladiri lainnya pada upaya uji banding dan tanding dengan cara bela diri yang sedang dibangunnya.: “ ILMU OLAH RAGA SENI BELA DIRI “ ( Ilmu adalah Pengetahuan, Kepandaian atau Keterampilan - Olah adalah Mengolah, Menggodok atau Menempa dan Raga adalah badan dengan seluruh perangkatnya atau wadah dari jiwa - Seni adalah Kesanggupan akal fikiran untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan bermanfaat atau Karya yang diciptakan dengan Kemampuan luar biasa – Bela adalah Membela, Menjaga, Merawat, Menahan, Memelihara dan Diri adalah Sendiri, orang yang terpisah dengan orang lain atau Pribadi yang Mandiri).
Pada Proses Pembentukan dan Pembangunan System serta Pola dan Penerapan Teknik, Taktik dan strategi Ilmu Olah Raga Seni Bela Diri tersebut, setiap saat selalu dilakukan Pengujian dan Pengkajian Derajat kemampuannya secara terus menerus dan bertahap untuk menjamin, agar CARA Mempertahankan dan Menahan Diri ini dapat dikuasai dengan baik dan terjamin Keamanan dan Keampuhannya serta dapat dipakai sesuai dengan peruntukan dan kepentingan didalam memangku Kehidupan diatas muka bumi selaras dengan Kodrat Nya.
Sejalan dengan Perjuangan Hidup yang dilakukan Sosok diri Achmad Dradjat yang Konsisten dan Konsekwen dengan segala resiko Perjuanganya.

Dikutip dari http://tarungderajat-aaboxer.com

Sejarah Berdirinya Tarung DeraJaT


AKu Ramah Bukan Berarti Takut
Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk

BOX ....!!Salam persaudaraan

Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta, di Bandung 18 Juli 1972 oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Guru Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan dengan panggilan Aa Boxer. Nama panggilan Aa Boxer diterapkan dan melekat pada diri Achmad Dradjat, setelah dirinya mampu dan berhasil menggunakan dan menerapkannya Seni Pembelaan Diri karya ciptanya didalam berbagai bentuk perkelahian, dimana butuh dan harus BERKELAHI atau BERTARUNG dalam rangka BERJUANG untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan kodrat hidupnyanya.

Jadi sebenarnya keberadaan Tarung Derajat itu adalah identik dengan perjalanan & perjuangan G.H.Achmad Dradjat yang juga dikenal dengan julukan Aa Boxer dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.

Perjalanan & Perjuangan hidup Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya diatas muka bumi ini, Sang Guru Tarung Derajat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam (D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setelah pasca Keemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah kejaran para pemberontak. Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua oranng tua Sang Guru memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga sebagai harkat dan martabat hidup manusia. Sejalan dan seiring dengan nilai-nilai riwayat Perjalanan & Perjuangan hidup yang dilakukan Sang Guru Achmad Dradjat alias Aa Boxer dalam menciptakan dan melahirkan Ilmu Bela Diri secara Alami, Mandiri, dan Tersendiri serta kejadian-kejadian hidup yang terjadi selalu dinikmati dengan totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tindakan-tindakan yang Realistis dan Rasional, dari hasil perjuangan hidup PRIBADI seperti itu, mencuat sebuah nama untuk diterapkan pada Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri Karya Ciptanya, yaitu : “TARUNG DERAJAT.” (Tarung, Bertarung adalah Berjuang dan Derajat adalah Harkat martabat kemanusiaan)

Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu daerah yang keras dan berpenduduk sangat heteorogin dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam , berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut, seperti: berbagai kegiatan olah raga, perkealahian masal antar kelompok pemuda remaja, pemerasan, perampokan perjudian, pelacuran, dlsb yang berbau kriminalitas dan kemaksiatan serta dalam waktu-waktu tertentu bisa dan biasa juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku hidup baik-baik kerap menjadi korban tindak kekerasan, kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.

Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet, menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti dan tantangan yang tersendiri.

Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu panggilan dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras, bermacam cara datang dan terjadi perekelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta berbagai bentuk tindak kekerasan lain.

Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu meng hadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.

Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi penganiaya, dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri. Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadri hanya kerena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.

Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya. Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan hidupnya.

Dari perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya kehidupan yang dialami sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.

Berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.

Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.

Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”

Hingga menginjak usia pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi “Guru.” Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.

Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT bagi murid-murid dan Perguruan Pusat Tarung Derajat.
Di Kutip Dari Situs : http://tarungderajat-aaboxer.com

Rabu, 15 April 2009

Posting Pak Alnedral BAB I


BAB I
LEBIH DEKAT MENGENAL OLAHRAGA
BELADIRI TARUNG DERAJAT “AA-BOXER”

A. Latar Belakang Tarung Derajat

Olahraga Tarung Derajat diciptakan oleh seorang putra bangsa Indonesia yaitu Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.), yang akrab disapa dengan nama populernya “AA-BOXER”. Olahraga ini dilahirkannya sebagai suatu seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri tanpa berapliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lainnya yang ada di bumi Indonesia, serta tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain seperti pencak silat, karate, taekwondo, kempo, judo, gulat dan tinju. Namun, keberadaan Tarung Derajat tidak juga muncul dengan sendirinya, akan tetapi memiliki latar belakang suatu riwayat perjalanan hidup Sang Guru dan diridhoi oleh keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Beladiri ini, lahir atau muncul dari pengalaman hidup yang pernah dilakoni oleh Sang Guru dimana sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an, anak muda ini waktu itu sering terlibat aksi kekerasan pisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, dan penghinaan (AD/ART Kodrat: 1994). Keadaan itu, tentu bukan dia yang memulainya, tapi timbul dalam keterpaksaan “kalau ada orang yang menjahati saya, masak saya diam saja? katanya dalam (Matra, Mai: 1997). Dari berbagai perkelahian dengan pereman di pusat kota Bandung-Jawa Barat, Sang Guru selalu menang, pada hal dilihat dari postur tubuhnya yang berbobot sedang tidak meyakinkan untuk mengatasi lawan.
Melihat kehebatan Sang Guru waktu itu, rupanya banyak dari gorombolan pereman yang tidak suka dengannya, maka kelompok peremanisme membuat suatu siasat untuk menghabisi Sang Guru. Mengingat jumlah preman cukup banyak, maka dia segera menghindar dari gorombolan itu. Tapi mereka terlanjur dikuasai emosi segera mengejar Sang Guru seraya meneriakkan maling. Mendengar teriakan itu, orang-orang yang tengah berada di pasar malam ketika itu, ikut memburunya sampai ia terkepung dan ramai-ramai memukulinya sampai ia terkulai lemas dan kondisi tubuhnya sangat menyedihkan.
Semenjak peristiwa pahit itu, Sang Guru mulai merenung untuk menyisiasati diri, mengasah kemampuan mempelajari berbagai jenis beladiri antara lain pencak silat dan karate. Tapi ia tetap tidak puas, alasannya semua itu belum bisa membalas sakit hatinya. Pertanyaan selalu muncul dalam benaknya “Jenis beladiri apakah yang bisa mengangkat kehormatan saya supaya tidak dihina dan disakiti orang?” Kemudian timbul pikiran dalam dirinya untuk menciptakan teknik beladiri dari berbagai beladiri yang pernah dipelajarinya yaitu memadukan lima unsur fungsi gerakan beladiri, seperti: memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Setiap hari kelima fungsi ini diputuskannya dipelajari, diasosiasi dan dipraktekkan sendiri dalam kehidupannya, minimal empat jam sehari dia berlatih dan menemukan teknik-teknik praktis dan efektif, serta merangkai gerakan seni beladiri yang akrobatis dan indah ditonton oleh masyarakat.
Setelah merasa matang dengan ilmu baru yang dia kemas (konsep) sendiri dan dipraktekkannya kepada orang-orang yang mencoba memeras atau membuat masalah selalu dilayaninya. Para berandal dianggap Sang Guru paling tepat untuk menguji teknik beladirinya itu. Ketika itu “terpukul oleh lawan, kok tidak terasa sakit?” tanyanya kepada diri sendiri. “Kesaktian” itu rupanya cukup membawa manfaat. Setiap kali ada orang yang dianiaya atau disakiti oleh berandalan (preman), maka Sang Guru bisa berbuat sesuatu menegakkan kebenaran. Dari sinilah namanya mulai dikenal sebagai pembela orang-orang yang disakiti secara pisik dengan sebutan AA-BOXER yang memiliki kemampuan beladiri yang luar biasa, yakni bertenaga: kuat, cepat, tepat, berani dan ulet, sehingga dia sering menyebutnya keberhasilan pergerakanTarung Derajat sebagai dasar filosofis gerak tubuh ditentukan oleh lima khas kunci kemampuan.
Tak heran lagi, nama Sang Guru yang mendapat julukan AA-BOXER semakin populer dan menjadi jagoan bertarung tersiar kemana-mana di tanah air. Sehingga banyak orang-orang berdatangan minta diajari beladiri ciptaannya, mulai dari anak muda sampai orang tua. Waktu itu Sang Guru malah kebingungan. “Apa yang harus saya ajarkan katanya?”. Sebab ia sendiri mengaku tidak memiliki teknik atau jurus yang baku (Matra, 1997). Karena masih merasa bingung menghadapi anak yang belajar yang cukup banyak, malah metode yang diterapkan Sang Guru menyuruh teman-temannya (anak yang belajar) menyerang ramai-ramai dan merelakan tubuhnya dipukuli, walau kadang-kadang membalas juga. Begitulah perjalan praktek cara mengajarkan kepada orang lain dan disamping menerapkan apa yang berkembang pada saat itu.
Dari pengalaman praktek mengajarkan ilmu beladiri ini, Sang Guru menerima berbagai masukan dari teman-teman agar menata dan mensistematiskan jurus-jurus yang telah diciptakannya yang berkembang secara alamiah agar menemukan bentuk-bentuk gerakan baku untuk dijadikan fungsi beladiri yang dinamis, praktis dan efektif untuk diajarkan. Disamping itu juga mensinergiskan unsur filosofis, pedagogis, kultural, kesehatan olahraga, sosialogis, dan menerapkan ilmiah olahraga.
B. Perguruan Pusat Beladiri Tarung Derajat

Perkembangan setelah empat tahun kemudian, tepatnya 18 Juli 1972. Masyarakat semakin banyak ingin belajar beladiri Tarung Derajat, maka waktu inilah Sang Guru memproklamasikan berdirinya aliran beladiri AA-BOXER atau “metode beladiri Drajat” yang sekarang disebut Perguruan Pusat KawahTarung Derajat. Dalam perjalanannya beladiri ini dikenal dengan nama Boxer. Pada perguruan pusat inilah Tarung Derajat dikembangkan, baik dari segi ilmu dan keilmuannya maupun dari segi pemasalannya kepada masyarakat.
Dari tahun ke tahun perguruan semakin banyak memiliki murid, tapi tidak semuanya berniat untuk belajar utuh. Kenyataanya masih banyak orang-orang yang ingin “mencoba-cobanya”. Caranya mereka pura-pura masuk menjadi anggoata boxer, niatnya hanya mencari sisi lemah perguruan saja. Jadi cukup banyak suka dan dukanya, bahkan lima tahun sejak perguruan berdiri (1972 sampai 1978) banyak kendala dan rintangan yang dihadapi. Suatu hal yang lumrah dalam sebuah perjuangan. Kendala dan rintangan datang bukan hanya dari dalam perguruan sendiri, tapi juga datang dari luar. Kendati demikian, sang Guru berusaha tetap tegar dan ulet dalam menyikapi setiap kendala yang datang, malah Sang Guru menjadikan hal itu sebagai potensi untuk mendukung perguruan agar lebih maju lagi (Tabloid BOM edisi 27, Agustus 1999). Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa, beladiri Tarung Derajat bukan lagi miliknya pribadi Sang Guru, akan tetapi kepemilikannya itu sudah melibatkan banyak pribadi masyarakat luas dari berbagai kalangan, suku, agama dan budaya.
Menyadari hal yang demikian dalam kurun waktu antara 1978 sampai 1983, Sang Guru mengadakan penelitian dan mengembangkan beladirinya, yaitu dengan menata ulang dasar teknik dan meramu seni gerak dari jurus Boxer kemudian mematenkan lambang Boxer (Tarung Derajat) sebagai hasil ciptaannya. Pada waktu ini, sang guru menemukan sebuah buku tentang ilmu hayat, buku tersebut mengilhami beladiri ini mengenai fungsi dan anatomi tubuh manusia yang menunjukkan bagian mana saja yang bisa dikuatkan untuk memukul dan menendang serta bagian mana sisi lemah dari kemampuan manusia. Dari sinilah Sang Guru dapat menemukan teknik jurus yang mengoptimalkan kekuatan pukulannya, yaitu dengan menggabungkan lima unsur utama khas Boxer, yakni: kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Semua unsur itu dapat berfungsi sebagai pertahanan diri dan menerapkan prinsip “menyerang untuk menang” dengan menerapkan falsafah dalam pembentukan keuletan diri untuk berlatih adalah “berlatih beladiri tarung derajat adalah untuk menaklukan diri sendiri, tapi bukan untuk ditaklukkan orang lain” (AD/ART KODRAT, 1994).
Setelah penataan teknik boxer dilakukan sebagai kemampuan otot (pisik), serta untuk keseimbangan pikiran (intelektual) dan nurati (sikap mental) untuk menemukan jatidiri sebagai “Kesatria Pejuang dan Pejuang Kesatria”, maka sang guru menerapkan sebuah motto yaitu: “Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk” Pesan ini selalu ditekankan kepada anak didik yang menekuni Tarung Derajat yang diformulasikan pada setiap latihan dilakukan. Semua kemampuan (otot, otak, dan nurani) diaplikasikan dalam urutan materi latihan yang sudah disusun berdasarkan “kurikulum” formalitas beladiri Tarung Derajat dan materi latihan disesuaikan dengan tingkatan (Kurata) singkatan ---kuat, berani, dan tangkas) –SK Sang Guru Tarung Derajat no. 16/KEP GUTAMA/STD/XII/1991. Kurata terdiri dari tujuh tingkatan Kurata I s/d Kurata VII. Tingkat lanjutan Kurata adalah tingkat “ZAT” yang ditandai memakai sabuk hitam.
Di samping penatan teknik beladiri yang dipelajari secara khusus, kemudian juga dikemas melalui perguruan ini teknik bertarung yang diperlombakan atau yang mengarah kepada olahraga prestasi yang memakai peraturan dan ketentuan yang harus diikuti oleh semuat atlet/petarung. Dalam olahraga ini juga dikenal rangkaian gerak (Ranjer) dan beladiri praktis. Perkembangan Boxer dari tahun 1981 s/d 1983 agak mengalmi staknasi, yaitu peminatnya malah berkurang, pada hal kurikulum dan materi latihan sudah disesuaikan dengan tuntutan tingkatan dan seni geraknya telah dipermantap tak jauh berbeda dengan kata dalam olahraga karate, nomor seni dalam pencak silat. Sang Guru pernah berkata, mungkin karena beladiri ini terlanjur dicap sebagai olahraga keras, sehingga konotasinya olahraga Boxer berkelahi jalanan. Dari tantangan tersebut Sang Guru lebih banyak belajar lagi, baginya seolah tiada hari tanpa belajar. Ilmu-ilmu beladiri lain, ia jadikan sebagai bahan bandingan dari hasil penelitian-pengembangan, kemudian diuji, sebelum resminya berdiri olahraga Tarung Derajat dijadikan olahraga prestasi dan dipertandingkan.

C. Tarung Derajat Menuju Olahraga Prestasi

Dari kurun waktu lima tahun yakni tahun 1984 sampai 1988, Sungguhpun peminat dan pencita Boxer pada waktu ini agak mengalami penurunan, namun itu tadak menjadi halangan bagi Sang Guru untuk lebih mengembangkan beladirinya ke semua strata masyarakat termasuk pada kalangan militer diberbagai kesatuan. Pada saat ini pulalah Sang Guru banyak mendapat tantangan terutama kritikan yang muncul dimasyarakat yakni “kalau mau jadi jagoan, jangan Cuma dijalanan, cobalah buat kejuaraan/pertandingan yang bisa melihat kemampuan beladiri Boxer pada suatu arena (matras/reng)”. Dari kritikan inilah Sang Guru mencoba menata struktur organisasi dari perkumpulan Satuan Latihan (Satlat) yang ada di Kota Bandung dan daerah sekitarnya. Tekat pertama adalah bagaimana mengujudkan boxer bisa dipertandingkan sama dengan cabang beladiri lain.
Membentuk olahraga prestasi yang dibuktikan melalui pertandingan, harus ada kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan, dan peraturan yang baku untuk diterapkan dalam sebuah parameter keolahragaan. Untuk memenuhi tuntutan maka dirancanglah teknik-teknik yang khas Aa-boxer untuk dipertandingkan. Merancang sarana untuk pertandingan, seperti arena tarung, pakaian tanding, dan alat-alat yang digunakan oleh tenaga pelaksana. Mencetak para wasit-juri yang akan menjalankan ketentuan-ketentuan dan peraturan pertandingan. Mengkondisikan bagaimana supaya pertandingan itu ramai disaksikan oleh penonton, memikat dan menarik.
Pada tahun 1988, Boxer pertama kali mengadakan kejuaraan yang disebut “Tarung Bebas AA-BOXER CUP” di Kota Bandung. Semenjak itulah beladiri ini semakin dikenal oleh masyarakat. Malah yang sangat tertarikt secara emosional waktu itu adalah Panglima Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi yaitu Mayor Jenderal Arie Sudewo. Kedekatan beliau dengan Boxer, sampai sekarang Bapak Arie Sudewo masih setia menjadi Pembina Utama pada Pengurus Besar (PB) Tarung Derajat. Disamping itu, tercatat juga Wali Kota Bandung waktu itu Bapak Otje Djundjunan (suami) Ibu Dra. Ny. Hj Popong R. Otje Djundjunan yang sampai sekarang Ibu Otje masih menjadi pembina PB Tarung Derajat.
Kejuaraan pertama yang disebut “Tarung Bebas” menerapkan beberapa faktor teknis yang berkembang secara almiah, yaitu memakai prinsip “menyerang untuk menang” sebagai tabu bagi petarung. Perolehan nilai atau poin untuk pemenang, memakai sistem perkenaan langsung (full body contact) sebagai khas utama olahraga Boxer. Dasar penerapan teknik bertanding, menerapkan lima unsur beladiri, yaitu memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Pembentukan mental yang membaja petarung menerapkan lima kunci unsur kemampuan, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan (Sang Guru dalam GO, 1996). Sebelum peterung (atlet) diterjun kearena kejuaraan, semuanya dibekali dengan kualitas teknik yang sama dan memiliki sertifikasi petarung minimal pemegang tingkatan Kurata IV. Kemudian, supaya perbedaan bobot badan jangan mencolok, pertimbangan berat badan adalah menjadi ukuran nomor atau kelas pertandingan yang diklasifikasikan mulai dari kelas ringan (49 kg ke bawah) sampai kelas bebas (65 kg ke atas).
Atas dasar penilaian kemampuan petarung yang memiliki indikasi kemampuan yang sama secara kualitas teknik, maka tidak ada dikenal istilah petarung unggulan. Semua petarung dianggap sama, tidak dipersoalkan ia dari tingkatan kurata IV (sabuk biru), kurata VI (sabuk merah), dan tingkatan Zat (sabuk hitam). Atas dasar itulah, penempatan lawan tanding ditentukan secara undian (acak), mereka mengenal lawan tanding hanya beberapa saat menjelang pertandingan akan dimulai. Pengalaman dan pengembangan kemajuan telah banyak menunjukkan, bahwa petarung berperingkat kurata IV atau V menaklukan petarung tingkat Zat. Untuk itu, keterujian petarung tergantung kematangan menerima materi latihan dari pelatih dan pengalaman seringnya mengikuti kejuaraan lokal dengan mitra tanding sebelum berlaga pada kejuaraan “Tarung Bebas AA-BOXER Cup”.
Sukses pelaksaan kejuaran yang pertama, tentu dengan ada beberapa cacatan Litbang Perguruan Boxer, maka tahun 1991 digelar kejuaraan Tarung Bebas AA-BOXER Cup II dan tahun 1994 kejuaraan Tarung bebas AA-BOXER Cap III atau disebut juga kejuaraan Tarung Bebas Bandung Raya Cup. Tahun 1995 digelar Kejurnas IV Tarung Bebas Boxer. Pada tahun 1996 kejuaraan Piala AA-BOXER V (kejurnas V). Harapan yang strategis Perguruan AA-BOXER untuk masuk menjadi anggota KONI Pusat hampir terbuka lebar yakni dengan terpenuhinya persyaratan 5 (lima) kali mengadakan kejuaran yang bersekala Nasional, maka olahraga Beladiri Tarung Derajat kualifikasi cabang akan diakui oleh KONI Pusat sebagai cabang olahraga prestasi resmi dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun untuk pengakuan secara resmi perlu menata secara teknis lagi bentuk dan khas yang diterapkan anatara kejuaraan AA-BOXER Cup I samapai Kejurnas V hampir sama, yaitu memakai sistem perkenaan langsung (full body contact) tanpa pelindung yang menyangkut dengan keselamatan petarung, baik wajah, badan, selangkangan, gigi, kepalan tangan dan kesan brutal yang berlebihan sudah menjadi catatan Litbang KONI Pusat.

D. Tarung Derajat Resmi Jadi Anggota Koni Pusat

Tekat yang kuat untuk menjalankan organisasi mulai terwadahi dari terbentuknya Kepengurusan Pusat Tarung Derajat Priode 1991-1994 dibawah kepemimpinan Ketua Umum Brigjend. TNI. HMA. Sampoerna. Waktu pertama kali mengadakan musyawarah Nasional keanggotan daerah pada tahun 1992 baru mencapai 10 wilayah. Seiring rentangan waktu dan perkembangan kemajuan yang dicapai oleh organisasi Boxer yang pada tahun 1994 sudah memasyarakat pada 15 propinsi di Indonesia. Daerah yang dimaksud pada waktu itu adalah: Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY Yogyakarta, Bali, NTB, Lampung, Sumsel, Jambi, Riau, Sumbar, Sumut, Kaltim, dan Kalbar (data ST, No. Istimewa/PB/VI/1994).
Kelayakan perkembangan bidang organisasi yang diminta oleh KONI Pusat sudah terpenuhi yakni persyaratan hanya 10 daerah dan malah sudah melebi target yaitu mencapai 15 daerah. Namun dari segi bidang pengembangan dan penelitian teknis masih banyak yang harus dipenuhi untuk jadi cabang olahraga keanggotaan KONI Pusat, Indra Jati Sidi waktu itu selaku Litbang KONI Pusat menyebutkan “Kalau boxer sudah masuk KONI Pusat dan dipertandingkan di PON atau tempat yang lebih tinggi lagi, perlu dipertimbangkan penggunaan alat pelindung (body protector). Sementara selama ini, body protector tidak ada dalam tradisi Boxer (Tabloit GO, 1996). Kemudian masalah nama cabang olahraga “Boxer” yang kesannya nama yang diadopsi dari cabang Boxing/tinju, kick boxing ala Amerika dan Thai-Boxing ala Thailand, agaknya perlu disempurnakan.
Menanggapi hal yang demikian, maka Sang Guru, sebagai pemimpin Perguruan Boxer-Seni Keperkasaan AA-Boxer, masih bertahan dengan tradisi dan ciri khas yang ada: pertarungan Boxer tetap olahraga contak langsung (full body contact) tanpa menggunakan alat pelindung. Alasan Sang Guru, “kalau pakai alat pelindung tubuh, boxer akan kehilangan ciri khasnya. Sepanjang sejarah boxer, belum ada petarung yang cacat tubuh, apalagi sampai meninggal karena adu pukul dan tendangan. Soal tetesan darah atau patah tangan itu biasa”.
Dengan demikian secara teknis masih terkendala untuk memenuhi syarat-syarat yang diminta KONI Pusat. Namun Sang Guru waktu itu, masih punya alternatif, yaitu: (1) bisa saja dipertahankan versi Boxer, pertarungan bebas tanpa pembedaan kelas dan tanpa alat pelindung segala macam khusus untuk nomor tradisional; (2) khusus untuk konsumsi KONI atau PON kelak, Boxer memakai alat pelindung badan/wajah (Bola, Agustus 1996). Mengenai nama organisasi pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk mengganti, dulunya “Boxer” menjadi Keluarga Olaharaga Beladiri Tarung Derajat yang disingkat KODRAT.
Untuk meluluskan persyaratan resmi jadi anggota KONI Pusat, maka bidang pertandingan dan bidang teknik PB KODRAT bersama Sang Guru Tarung Derajat dan anggota Raparnas 9 Agustus 1996 agar mencari solusi yang terbaik, demi tercapainya cita-cita agar Tarung Derajat diakaui dan disejajarkan dengan cabang olahraga lainnya di Indonesia maupun diluar Negeri.
Akhirnya Sang Guru memutuskan “mengalah untuk menang” agaknya mesti diterapkan untuk konsumsi KONI dan PON Tarung Derajat memakai pelindung (body Protector) dengan memakai Gamsil untuk gigi, batok untuk selangkangan/kemaluan, dan hand box untuk kepalan tangan. Konsekwensi dari keputusan yang diambil Sang Guru, adalah anugrah kemenangan yang penantian cukup lama, tapi pasti, yaitu tepat pada tanggal 6 Januari 1997, KONI Pusat memutuskan Penerimaan Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) sebagai anggota Biasa KONI Pusat, nomor: 06/RA/1997.

E. Eksibisi Pekan Olahraga Nasional (PON) XV-2000

Setelah Tarung Derajat resmi diterima KONI Pusat yang tercatat sebagai anggota ke-53, maka secara organisasi dan pembenahan semua bidang terus ditingkatkan. Untuk konsolidasi organisasi pertama diadakanlah Musyawarah Nasional Ke I Keluaraga Olaharaga Tarung Derajat, pada tanggal 12-13 April 1997. Seiring dengan kegiatan ini, juga dilaksanakan Pelatihan Pelatih dan wasit-juri Nasional yan bertujuan untuk penyetaraan teknik guna mengantisipasi kekurangan pelatih dan menambah jumlah wasit-juri di daerah seluruh Indonesia. Dari kegiatan munas tersubut, melahirkan berbagai konsep untuk pengembangan tarung Derajat termasuk merancang program uji-coba kejurnas I yang bentukknya sudah mendekatik pelaksanan Multi Evan seperti PON yang sudah bisa mengakomodir rekomondasi dan petunjuk KONI Pusat terutama menerapkan alat pelindung pada bagian yang pital untuk keselamatan petarung secara ilmu kesehatan olahraga (sport medicine).
Tepat pada tanggal 5-6 Juli 1998 diadakanlah Kejurnas I Tarung Derajat di Kota Bandung Jawa Barat. Banyak memang perubahan yang diterapkan secara teknis dan non-teknis. Secara teknis misalnya, nomor/kelas yang dipertandingkan tujuh kelas, sebelumnya lima kelas. Non-teknis misalnya setiap daerah yang ikut hanya beleh satu petarung mengikuti satu kelas pertandingan, sebelumnya boleh satu daerah atletnya lebih pada satu kelas. Dengan cara demikian otomatis pendstribusian atlet setiap daerah akan merata dan peluang untuk menjadi pemenang akan semakain terbuka.
Perbedaan yang diterpkan pada kejurnas pertama, akan menampakkan perkembangan pembinaan olahraga prestasi berkembang di banyak daerah. Tarung Derajat sebelum resmi jadi anggota KONI Pusat, pembinaan olahraga prestasi terlihat berkembang hanya di Kota Bandung-Jawa Barat. Jadi menerapkan distribusi, prinsip hak sama, maka pada kejurnas I prestasi Cabang Olahraga Tarung Derajat sudah hampir merata di setiap daerah. Data prestasi Kejurnas I menunjukkan dari tujuh medali emas yang diperebutkan Jawa Barat meraih (4 emas, 1 perunggu), Sumbar (2 emas, 2 perak, 1 perunggu), dan NTB (1 emas).
Berdasarkan hasil evaluasi Kejurnas I yang dikemukakan oleh Ketua umum PB KODRAT priode 1997-2000, Letjen TNI (Purn) Serya Subrata dalam (PR, 1998) menyebutkan hasil musyawarah kerja Nasional dan kejurnas I tarung bebas telah menghasilkan berbagai tugas yang menuntut penangan baik dalam pembinaan organisasi maupun pembinaan prestasi. Dengan demikian, kenyataan itulah KONI Pusat juga memutuskan Tarung Derajat diikut sertakan pada PON XV-2000 Surabaya Jawa Timur untuk pertama kali sebagai cabang olahraga Eksibisi.
Pertandingan PON XV-2000 Surabaya, adalah akumulasi dari semua perbaikan yang dilakukan dari semua bidang yang ada pada PB KODRAT. Nomor/kelas yang diperebutkan pada PON XV yakni 9 kelas dengan medali (9 emas, 9 perak, 18 perunggu). Tercatat juga sebagai pertandingan yang sukses penyelenggaraannya dan tidak ada terjadi suatu keributan serta kericuhan. Di samping itu terkesan juga Tarung Derajat berdisiplin tinggi, sebagai bukti, walau cabang eksebisi waktu itu, semua kegiatan yang disusun oleh PB PON XV-2000, dari awal pembukaan sampai penutupan diikuti secara tertip dan teratur. Hal itulah yang menjadikan Tarung Derajat untuk bisa berkembang dan contoh oleh masyarakat Indonesia, serta menjadi catatan akreditasi KONI Pusat untuk masuk menjadi cabang olahraga prestasi pada “multi event PON XVI-2004”.

F. Resmi Mengikuti Kejuaraan Multi Event PON XVI-2004 Palembang

Jadi lahirnya ilmu beladiri yang bernama “Tarung Derajat” sebenarnya bersumber, dicari dan digali dari alam nan luas dengan segala aspek kehidupannya, kemudian diangkat kepermukaan sebagai hasil suatu Pengalaman dan renungan hidup Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.). Untuk kemudian “dicetak” melalui perjuangan masa yang panjang, usaha dengan tekat yang keras, penganalisaan yang tajam, rasional untuk diterima, realistis untuk dipahami, dinamis dalam pergerakan, praktis dilaksanakan dan evektif untuk digunakan. Diharapkan belajar beladiri “Tarung Derajat” dapat mengujudkan “manusia yang berhakekat manusia” sebagai lambang pribadi mandiri BOXER yang menjadi logo Tarung Derajat atau induk organisasi KODRAT.
Makna yang tercantum dalam pribadi mandiri BOXER yang dimanipestasikan dalam setiap insan masyarakat yang mengikuti kegiatan latihan Tarung Derajat. Merupakan keharusan dan perlu disadari bahwa Tarung Derajat adalah sebagai wadah menampung minat, menyalurkan bakat dan hoby dalam rangka membentuk watak dan karakter pribadi yang mencerminkan manusia yang berhakekat manusia yang memiliki: kejujuran, kesetiaan, keberanian moral, budi pekerti, kemandirian, kepribadian, patriotisme, mental baja, rendah hati, jiwa besar, sabar, pemikiran yang positif, dan tanggung-jawab (AD/ART Kodrat: 1994). Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan didalam pelaksanaan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang masyarakatnya adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Melalui masa yang panjang dan keterujian Tarung Derajat yang sudah pasti menempatkan dirinya menjadi yang terbaik untuk membangun bangsa dalam dunia olahraga, maka akhirnya Tarung Derajat tercatat dalam sejarah olahraga beladiri di Indonesia menjadi cabang resmi olahraga prestasi KONI Pusat yang pertama resmi dipertandingkan pada multi event PON XVI-2004 Palembang. Sekarang Tarung Derajat boleh bangga dengan perjuangannya, namun usaha itu belum lengkap, kalau belum semua bangsa di dunia ini mengakuinya. Untuk itu, semboyan untuk membakar semangat Tarung Derajat agar lebih maju mendunia kata pembina utama PB KODRAT (Mayor Jenderal Arie Sudewo) dalam kesempatan penutupan Pelatihan Pelatih Dasar tingkat Nasional dalam rangka PON XVI-2004 di Palembang adalah “sekali Tarung Derajat eksis diakui KONI Pusat, selamanya tetap eksis ”. Pada kesempatan itu semua peserta pelatihan dari 20 daerah se Indonesia dan disangsikan Pengurus Daerah bersama Sang Guru menjawab BOX!! … BOX!!! . Ini pertanda pernyataan sikap seluruh anggota Keluarga Besar Tarung Derajat seutuhnya. Insya’ Allah, niat yang tulus dan iklas dikabulkan-Nya. Amin.


Bab II. PERKEMBANGAN ORGANISASI TARUNG DERAJAT
Bab III. MATERI PENGAJARAN DAN METODE PRAKTIS TARUNG DERAJAT
Bab IV. PERATURAN PERTANDINGAN TARUNG DERAJAT
Bab V. TES DAN PENGUKURAN PRAKTIS DALAM BELADIRI TARUNG DERAJAT


Berkat izin dan petunjuk Sang Guru, serta Ridho-Nya, mudah-mudahan buku jadi rampung. Amin

Penulis Drs.H.Alnedral

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda